MY ALLAH
INgatlah waktumu
my blog
about Me
bagi2 info
Recomend
hmmm
fort menarik
Mengenai Saya
Photography tips,triks & Techniques
My Lovely
My celoteh
DaFtar blog saya
Senin, 30 Mei 2011
:: dARI ALLAH tentang cinta ::
love
is an inherent part of ourselves. Love resides in our heart but
manifests outwardly in various forms. Love can build our characters and
dictate our actions.
As a muslim, let see what Allah says about love in the Qur’an.
Sacrificing what is loved
cinta adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Cinta berada di dalam hati kita namun dapat memancar keluar dengan aneka rupa ekspresinya. Cinta dapat membangun akhlak serta mendikte langkah dan tingkah laku kita.
Sebagai seorang muslim, marilah kita lihat apa yang Allah sampaikan tentang cinta di dalam kitab-Nya, Al Qur’an.
As a muslim, let see what Allah says about love in the Qur’an.
Love to worldly enjoyment
“It was made attractive to people, the love of things they crave; women, sons, heaped-up heaps of gold and silver, branded horses, cattle and will-tilled land. But that is for the enjoyment of this worldly life, But Allah, with Him is the beautiful homecoming” (Surah Imrân 3:14)
“They (the disbelievers) love this worldly life more than the Hereafter” (Surah Nahl 16:107)
Sacrificing what is loved
“You will not attain righteousness, unless you give of that which you love” (Surah Imrân 3:92)
The believers’ love
“And yet there are some people, who replace Allah with rivals, loving them as Allah is loved. But the believers love Allah more intensely” (Surah Al-Baqarah 2:165)
“O you believe … Allah has made you love the Faith, and made it so beautiful in your hearts, and has made you hate disbelief, immorality and rebelliousness. These are the righteous. This is grace and bounty, from Allah, as Allah is All-knowledgeable and All-Wise” (Surah Hujurat 49:6-8)
“Say (O Mohammed) “If you do love Allah, follow me, Allah will love you, and forgive your sins, as Allah is All-Forgiving, All-Merciful”. Surah Imrân (3:31)
cinta adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Cinta berada di dalam hati kita namun dapat memancar keluar dengan aneka rupa ekspresinya. Cinta dapat membangun akhlak serta mendikte langkah dan tingkah laku kita.
Sebagai seorang muslim, marilah kita lihat apa yang Allah sampaikan tentang cinta di dalam kitab-Nya, Al Qur’an.
Cinta atas kesenangan dunia
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia , yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunkecintaan kepada apa-apa yang diinginiia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran, 3:14]
… mereka (orang-orang kafir) mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat,… [An Nahl, 16:107]
Mengorbankan apa yang dicintai
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. [Ali Imran, 3:92]
Cinta orang yang beriman
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. [Al Baqarah, 2:165]
… tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, [Al Hujurat, 49:7]
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad saw.), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imran, 3:31]
LOve AlQuran
default
Minggu, 29 Mei 2011
Jumat, 27 Mei 2011
Rabu, 25 Mei 2011
Senin, 23 Mei 2011
TEntang Hidup liric _shela on 7
Akhirnya semua terjadi juga
Yang kutakutkan yang kuelakkan
Keresahan ini tak seharusnya terjadi
Seakan jurang tercipta untuk kita
S’lalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin di tengah badai ini
Akupun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini segalanya yang tersisa
Reff:
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini
Apa yang kaurasakan aku juga merasakan
Bertahan sayang dengan do’a mu
Kucoba bertanya pada Tuhanku
Percayalah sayang ku tak ingin semuanya berakhir
Ku berusaha untuk s’lalu di sini
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Bentangkan maumu kita raih semuanya
Apa yang kau inginkan aku juga memimpikan
Rindukanlah diriku selagi punya waktu
Hargailah diriku kutahu engkau mampu
Yang kutakutkan yang kuelakkan
Keresahan ini tak seharusnya terjadi
Seakan jurang tercipta untuk kita
S’lalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin di tengah badai ini
Akupun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini segalanya yang tersisa
Reff:
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini
Apa yang kaurasakan aku juga merasakan
Bertahan sayang dengan do’a mu
Kucoba bertanya pada Tuhanku
Percayalah sayang ku tak ingin semuanya berakhir
Ku berusaha untuk s’lalu di sini
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Bentangkan maumu kita raih semuanya
Apa yang kau inginkan aku juga memimpikan
Rindukanlah diriku selagi punya waktu
Hargailah diriku kutahu engkau mampu
Akhirnya semua terjadi juga
Yang kutakutkan, yang kuelakkan
Keresahan ini tak seharusnya terjadi
Seakan jurang tercipta untuk kita
S'lalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin ditengah badai ini
Aku pun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini segalanya yang tersisa
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku 'kan mencoba hal yang sama
Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini
Apa yang kau rasakan aku juga merasakan
Percayalah sayang ku tak ingin semuanya berakhir
Ku berusaha untuk s'lalu di sini
Bentangkan maumu kita raih semuanya
Apa yang kau inginkan aku juga memimpikan
Rindukanlah diriku selagi punya waktu
Hargailah diriku, ku tahu engkau mampu
Akhirnya semua terjadi jugaYang kutakutkan, yang kuelakkan
Keresahan ini tak seharusnya terjadi
Seakan jurang tercipta untuk kita
S'lalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin ditengah badai ini
Aku pun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini segalanya yang tersisa
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku 'kan mencoba hal yang sama
Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini
Apa yang kau rasakan aku juga merasakan
Bertahan sayang dengan doamu
Kucoba bertanya pada TuhankuPercayalah sayang ku tak ingin semuanya berakhir
Ku berusaha untuk s'lalu di sini
Bentangkan maumu kita raih semuanya
Apa yang kau inginkan aku juga memimpikan
Rindukanlah diriku selagi punya waktu
Hargailah diriku, ku tahu engkau mampu
Yang kutakutkan yang kuelakkan
Keresahan ini tak seharusnya terjadi
Seakan jurang tercipta untuk kita
S’lalu kucoba menghangatkanmu
Dengan sebatang lilin di tengah badai ini
Akupun tak ingin kau meredup dan membeku
Dan lilin ini segalanya yang tersisa
Reff:
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Aku pun tak ingin meninggalkan tempat ini
Apa yang kaurasakan aku juga merasakan
Bertahan sayang dengan do’a mu
Kucoba bertanya pada Tuhanku
Percayalah sayang ku tak ingin semuanya berakhir
Ku berusaha untuk s’lalu di sini
Coba berusaha untuk lebih mencintaiku
Aku ‘kan mencoba hal yang sama
Bentangkan maumu kita raih semuanya
Apa yang kau inginkan aku juga memimpikan
Rindukanlah diriku selagi punya waktu
Hargailah diriku kutahu engkau mampu
Jumat, 20 Mei 2011
memories at 07 May @2008
Siang itu ku melangkah pergi dari kotaku,kota kelahiranku untuk mengapai mimpiku,mengapai angan2ku, kulihat jam dinding brpacu dgn waktu,aku hya trpaku menunggu d pelataran ruang tunggu bandara,rasa sedih menyelimuti hatiku , entah apa yg aku pikirkan saat ini. .semuanya terasa hampa. .aku berusaha menyembuyikan sedihku. .dalam diam ku brdoa,tUhan bantulah aku kelak d sana,smoga aku bsa mengapai mimpiku,smoga aku masih bsa trsenyum dlm melangkah kelak, aku yakin, aku Bisa. .aku harus brSEmangat,dan saBar meninggalkan org2X kucintai untUk MeNGGAPAI MIMPI dan kemandirian..Lamunaku terhenti, sesaat ketika bis bAndara menjempuTku dan org2 yg brada d sni, ku melangkah dgn pasti,bERHARAP ,DAN BERDOA. . kupeluk dgn Erat tUBUH BUndaku,berPAmitan,minta doa reSTu,hatiku menangIS, air mataku hampir jatUH, tpi kuTAHAN, KUtak ingIn trLIhat lemah bun d hadapanMU, ku mau bunda terSENYUM Bangga dan BAHAgia, anak Ini, uda bsa menjadi ANAK YG berani,tegar..dan brusaha untUK HDPX Sdri, Ga cengeng lg. .! anak ini bukan anak yg 16 tahun silam, Yg bisax cma Ngeregek minta ini ItU. . ! Ku bukan yg dulu. .KuLangkahkan kakiku ,tnpa memandang kBLkg, kuTAKUt kuTAK MAMPU MELIhat tetes air mata bunda ku. .,maAf kan ananda bun. .dlm doa. .Ya ALLAH SELAMAT KAN Q. . !yA ALLAH JAGALAH DIRIKU DAN KELUARGAKU. .
mom Miss you,,,kini ga akan lagi kulihat senyummu dan air matamu lagi,,,,28 januari 2010...engkau t'tlah pergi buat selama-lamanya,,,q hanya berharap mom selalu merinduhkan q di alam sana begitupun juga diriku,,,,,q akan terus mengapai mimpiku..doakan aq mom....mom I LOve you,,,,
:: TENTANG HIDUP ::
Hidup ini bkn ttng mengumpulkan Nilai.bukan tentang brpa byk org menelponmu dan jg bkn ttng siapa pacarmu,bekas pacarmu atau org yg blum prnh kmu pcri. bukan tentang Siapa yg tlah kw cium,olaraga apa yg kw mainkan,atau cow atw cew mana yg menyukaimu.
BuKAn tentang SepatUMU ATau rambuTmu atau warna kuLITMU atw t4 tinggalmu atau sekolahmu,statUS, JAbatanmu,bAhkan bukan ttng nilai" ujianmu,Uang,bAJU,ATau perGURuan tinggi yg menerimamu atw tdk menerimamu.
hIDUP INI bukan tentang Apakah kw memiliki byk teman,Atau Apakah kau seorang diri, dan bUKAN TEntang apakah kw d terima atAU tdk d teRIMA D Lingkunganmu. HIDUP bukanlah tentang Itu,
Namun,Hidup ini adalah tentang yg kw cintai dan kw sakiti Tentang bagaimana perasaanmu ttng dirimu sendiri. Tentang kepERcaya'an,kebAHAgiaan,wulas Asih. HIDUP adlh tentang mengHIndari rasa cemburu,Mengatasi rasa tak perduli,dan membina kepercaya'an.tentang apa yg kw katakan dan kw maksudkan. Tentang menghargai apa adanya dan bukan karena apa yg d milikix, dan yg terPENTIng,hidup ini adalah tentang memilih untUK MENgunakan HIDUPMU untuk menyentUH Hidup org lain dgn cara yg tak bisa d gantikan dgn cara lain. Hidup adalah tENTANG PILIHAN - PILIHAN ITU.
^^ doN'T BE Give uP. . . .
Minggu, 15 Mei 2011
::kepemimpinan Mistik::
SUATU UPAYA KE ARAH PENCAPAIAN KUALITAS KEPEMIMPINAN INDIVIDUAL YANG INTEGRATIF-HUMANISTIK
A.
PENDAHULUAN
Penulis ingin menjelaskan dulu sejumlah asumsi yang mendasari pemikiran tentang Kepemimpinan Mistik (KM) dalam keseluruhan alur pemikiran makalah ini. Pertama, makalah ini harus dipandang sebagai upaya embrional menuju pengembangan suatu kerangka konseptual kepemimpinan yang “distinct” dan “unique” diantara berbagai pemikiran kepemimpinan yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka memenuhi karakteristik tersebut, maka penulis melihat dimensi mistik dalam kepemimpinan belum mendapatkan perhatian yang memadai.
Kedua, pemilihan kata mistik diharapkan tidak menimbulkan apriori dan prasangka negatif terhadap makalah ini. Kata ini dipilih karena memiliki medan makna (semantic field) yang paling tepat untuk mewadahi penjelasan yang ingin disampaikan. Sekaligus pula terkandung niat untuk meluruskan pengertian kata tersebut yang sudah mengalami pergeseran makna menjadi sesuatu yang berkonotasi negatif, buruk, atau rendah (pejorative). Padahal makna asalnya mengandung sesuatu yang bersifat positif dan mulia.
Ketiga, makalah ini muncul dari kesadaran penulis tentang perlunya suatu pemikiran dalam kepemimpinan yang lebih memberikan ruang terhadap dimensi emosional, spiritual, atau batin individu manusia yang seringkali luput dari perhatian, karena lebih menekankan pada dimensi intelektualitas, rasionalitas, atau bahkan penampilan fisik individu manusia. Kecenderungan untuk memberikan perhatian pada dimensi batin, emosi atau spiritual dalam kepemimpinan sebenarnya sudah terlihat secara jelas dengan munculnya charismatic leadership (House, 1976; Conger & Kanungo, 1994) dan transformational leadership (Bass, 1990). Gagasan utama makalah ini juga berada dalam arah yang sama dengan pemikiran tersebut.
Tujuan makalah ini adalah menjelaskan bagaimana seorang individu pemimpin memperoleh atau mendapatkan kemampuan kepemimpinannya melalui latihan-latihan dan usaha-usaha yang bersifat mistis. Dengan kata lain, gagasan utama KM terletak pada aspek
1
metodik-filosofis. Berbagai pemikiran dalam bidang kepemimpinan tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang hal ini, atau bahkan mengabaikannya sama sekali. Dalam aspek inilah terutama KM berusaha mengisi kekosongan itu. Tujuan ini sekaligus menunjukkan keberbedaan (distinctiveness) kepemimpinan mistikal diantara pemikiran kepemimpinan yang lainnya.
Tingkat analisis (level of analysis) KM difokuskan pada pemimpin sebagai individu. Tingkat analisis individual ini memiliki arti penting yang signifikan dalam kajian kepemimpinan, karena kualitas kepemimpinan individu merupakan inti (core) dari kepemimpinan. Apalagi jika dikaitkan dengan salah satu nilai yang penulis yakini yaitu bahwa, ”setiap individu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu, … (Al Hadits).
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembahasan makalah ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: (i) menjelaskan secara ringkas evolusi pemikiran tentang kepemimpinan, (ii) menjelaskan kedudukan dan sifat KM, dan (iii) metode-metode mistik dalam perolehan kualitas kepemimpinan individual.
B.
EVOLUSI PEMIKIRAN DALAM KEPEMIMPINAN
Luthan (1995) menyatakan bahwa rangkaian kajian awal dalam kepemimpinan dimulai pada akhir tahun 1930-an oleh Ronald Lippit dan Ralp K. White dibawah arahan Kurt Lewin di University of Iowa, sehingga dikenal sebagai The Iowa Leadership Studies. Disusul kemudian dengan kajian yang dilakukan oleh Bureau of Business Research di Ohio State University pada tahun 1945, sehingga dikenal sebagai The Ohio State Leadership Studies. Pada saat yang bersamaan dilakukan pula kajian kepemimpinan oleh Survey Research Center di University of Michigan yang dikenal dengan The Early Michigan Leadership Studies. Tiga rangkaian penelitian ini merupakan kajian kepemimpinan yang paling penting untuk bidang perilaku organisasional. Selanjutnya, muncul berbagai pemikiran tentang kepemimpinan yang sangat variatif.
Berbagai pemikiran tentang kepemimpinan dikelompokkan kedalam klasifikasi yang berbeda oleh para pakar organisasi (misalnya: Luthan, 1995; Robin, 1996; Schermerhorn,
2
1997). Dalam makalah ini digunakan klasifikasi dari Schermerhorn (1997) yang membagi pemikiran kepemimpinan menjadi 4 (empat) landasan teoritis, yaitu: (i) Trait Theories (TT), (ii) Behavioral Theories (BT), (iii) Situational Contingency Theories (SCT), dan (iv) The New Leadership (TNL). Klasifikasi ini dipilih karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan klasifikasi lainnya. Pertama, Trait Theories (TT0 berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat yang dimiliki oleh “orang-orang besar” dalam sejarah. Sifat-sifat tersebut (misalnya berani, integritas, cerdas, dll) berkaitan dengan keberhasilan seorang pemimpin. Dari landasan teori ini pula muncul pendapat bahwa, “leaders were felt to be born, not made”. (Luthan, 1995). Pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Jadi, kemampuan memimpin merupakan anugrah alamiah yang melekat dalam diri seseorang menurut kodratnya. Namun, kajian ini dianggap gagal menyediakan suatu teori sifat yang umum (universal) mengidentifikasi pemimpin, karena ketidaklayakan melakukan konseptualisasi dan pengukuran sejumlah sifat, dan kegagalan untuk menunjukkan perbedaan dalam organisasi dan situasi, sebagaimana dijelaskan oleh Bernard M. Bass (Schermerhorn, 1997).
Kedua, Behavioral Theories (BT) berasumsi bahwa terdapat perilaku atau tindakan yang paling efektif supaya kepemimpinan berhasil dengan baik. Jadi, sebenarnya sama saja dengan teori pertama, hanya berbeda titik perhatiannya saja: dari sifat (trait) menjadi perilaku (behavior). Pemikiran kepemimpinan yang dikelompokkan dalam landasan teori ini adalah: (i) The Iowa Studies, (ii) The Ohio State Studies, (iii) Michigan Studies, (iv) The Leadership Grid, dan (v) Leader-Member Exchange Theory (LMX). Kecuali untuk LMX theory, 4 (empat) teori perilaku lainnya menekankan pada perilaku yang berorientasi pada initiating structure versus consideration (Ohio); atau employee oriented vs production oriented (Michigan); atau concern for people vs concern for production (Grid). Sedangkan LMX menekankan pada perbedaan perlakuan pemimpin kepada bawahannya tergantung dari kualitas hubungan dyad (pasangan) antara pemimpin dengan bawahannya. Jika kualitas LMX tinggi, maka bawahan tersebut dianggap “in-group”, sedangkan bawahan dengan kualitas LMX rendah dianggap “out-group”.
Implikasi praktis BT dinyatakan dengan tepat oleh Robin (1996), “if behavioral studies were to turn up critical behavioral determinant of leadership, we could train people to be a leader”. Berbeda dengan implikasi TT yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan (kodrati) sehingga tidak bisa diajarkan. Sebaliknya, BT menyatakan bahwa jika terdapat
3
perilaku spesifik pada pemimpin tertentu, maka kepemimpinan itu dapat diajarkan dengan merancang program yang mencangkokkan pola-pola perilaku tersebut kepada orang yang menginginkan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Namun, terdapat satu pertimbangan yang dilupakan oleh BT yaitu faktor situasi yang selalu berubah. Perubahan situasi menuntut perubahan perilaku pemimpin. Perubahan perilaku efektif inilah yang tidak mungkin dilakukan karena adanya asumsi bahwa terdapat perilaku yang paling efektif dalam segala situasi.
Kelemahan BT diperbaiki dalam landasan teori ketiga, yaitu: SCT (Situational Contingency Theories), yang meliputi: (i) Fiedler’s theory, (ii) Path-Goal theory, (iii) Hersey & Blanchard’s theory, (iv) Jermier & Kerr’s Substitute for Ledership. Inti argumentasi seluruh teori kepemimpinan kontingensi adalah bahwa tidak ada perilaku pemimpin yang efektif berlaku pada semua situasi. Perilaku x hanya akan efektif pada situasi a, sedangkan pada situasi b yang efektif adalah perilaku y, dan perilaku z hanya efektif pada situasi c (Robin, 1996: 419). Dalam hal ini, SCT menentukan faktor-faktor situasi apakah yang menentukan efektif tidaknya suatu perilaku pemimpin. Fiedler mengidentifikasikan 3 (tiga) dimensi situasional, yaitu: (i) leader-member relation, yang menunjukkan tingkat kepercayaan, keyakinan, dan respek bawahan terhadap pemimpinnya; (ii) Task structure, yang menunjukkan tingkat sejauh mana tugas-tugas pekerjaan dirumuskan secara prosedural; dan (iii) Position power, yang menunjukkan tingkat pengaruh yang dimiliki pemimpin dalam mengendalikan variabel-variabel kekuasaan (Robin, 1996). Sedangkan Hersey dan Blanchard menekankan faktor situasi berupa “maturity of follower” (kematangan pengikut) yang dilihat dari kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk melakukan suatu pekerjaan.
Landasan teori kepemimpinan yang terakhir adalah The New Leadership (TNL). Pendekatan kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai TNL adalah: (i) Attribution Theory (AT), (ii) Charismatic Leadership (CL), dan (iii) Transformational Leadership (TL). Pertama, AT; AT mengemukakan bahwa kepemimpinan hanya merupakan suatu atribusi yang dibuat oleh masyarakat (orang-orang) tentang orang lain (Robin, 1996: 436). Jika orang lain memberi atribusi positif kepada seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan efektif. Jadi, pendekatan ini menekankan pada persepsi orang lain terhadap perilaku pemimpin tersebut.
Kedua, CL; CL merupakan perluasan dari teori atribusi (Robin, 1996: 436), dan gabungan dari trait dan behavior theories (Schermerhorn,et.al, 1997: 329). Conger &
4
Kanungo menyatakan bahwa para pengikut membuat atribusi tentang kemampuan kepemimpinan yang heroik dan extraordinary ketika mereka menyaksikan perilaku-perilaku tertentu (Robin, 1996). Charismatic leaders didefinisikan sebagai,”those who, by force of their personal capabilities, are capable of having a profound and extraordinary effect on followers” (Schermerhorn,et.al., 1997). Robert House juga membedakan antara negatif atau “dark-side” charismatic leaders yang menekankan pada personalisasi kekuasaan (personalized power) terfokus pada dirinya, dan positif atau “bright-side” charismatic leaders yang menekankan pada sosialisasi kekuasaan (socialized power) dengan memberdayakan pengikutnya. Dua kategori ini membantu membedakan, misalnya, antara Hitler, David Koresh, Jim Jones (dark-siders) dan Martin Luther King (bright-side) (Schermerhorn,et.al., 1997).
Dalam menjelaskan CL, Conger & Kanungo mengembangkan 4 tahap CL, yaitu: (i) mengembangkan visi perubahan dari status quo, (ii) mengkomunikasikan visi tersebut kepada pengikutnya, (iii) membangun kepercayaan dengan menunjukkan kualitas seperti expertise, success, risk taking, atau tindakan yang inkonvensional, dan (iv) pemimpin menunjukkan cara untuk mencapai visi dengan melakukan pemberdayaan, modelling bagi pengikut (Schermerhorn,et.al., 1997). Luthan (1995) menyatakan sejumlah sifat pemimpin yang mendorong terjadinya atribusi karismatik, yaitu: (i) self confidence, (ii) impression management skill, (iii) social sensitivity, dan (iv) empathy.
Pemikiran kepemimpinan terakhir adalah transformational leadership (TL), yang dikemukkan oleh Bernard M. Bass. Transformational leader dijelaskan sebagai,”leaders who provide individual consideration and intellectual stimulation and who possess charisma” (Robin, 1996). Menurut Bass, TL memiliki 4 dimensi, yaitu: (i) charisma, (ii) inspiration, (iii) intellectual stimulation, dan (iv) individualized consideration (Luthan, 1995). Dari dimensi tersebut terlihat bahwa TL mengakomodasikan aspek CL, yaitu: charisma. Sedangkan Tichy dan Devana menemukan 7 karakteristik transformational leader, yaitu: (i) they identify themselves as change agents, (ii) they are courageous, (iii) they believe in peole, (iv) they are value-driven, (v) they are lifelong learner, (vi) they have ability to deal with complexity, ambiguity, and uncertainty, and (vii) they are visionaries (Luthan, 1995).
Prasyarat yang diperlukan untuk mewujudkan CL dan TL tersebut diatas merupakan gabungan kualitas kepemimpinan individual yang terdiri atas: sifat pribadi (traits), aktifitas (activity), dan keahlian (skills) yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Kajian
5
yang mencoba menjawab apa kegiatan atau peranan dan keahlian yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif, sebenarnya telah dilakukan oleh sejumlah pakar (Mintzberg, 1973; Luthan, 1985). Pendekatan tersebut saat ini memperoleh tempat dalam pemikiran kepemimpinan melalui kerangka Charismatic Leadership dan Transformational Leadership.
Hal paling penting dari kerangka New Leadership, khususnya dalam charismatic dan transformational leadership adalah kembalinya titik perhatian kepemimpinan pada dimensi individual (leader itself), yang memiliki sejumlah sifat dan kemampuan personal untuk merebut kesediaan karyawan menunjukkan seluruh potensi dirinya secara nyata. Dalam CL dan TL, karyawan merasakan kebanggaan dan kekaguman kepada pemimpinnya yang menjadikannya “takluk” secara sukarela dalam menerima pengaruh dan kekuasaan pemimpin tersebut. Namun, pemimpin karismatik tidak menggunakan “penyerahan diri” pengikutnya itu untuk memberdayakan dirinya sendiri dengan mengeksploitasi pengikut, tapi justru untuk memberdayakan para pengikutnya sebagai manusia yang utuh, sehingga tercipta kepuasan dan harmoni yang terus menerus.
Persoalannya adalah bagaimana para pemimpin memperoleh kualitas kepemimpinan individual tersebut?. Apa hal baru yang ditawarkan oleh kepemimpinan mistikal dalam persoalan ini?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.
C.
KEPEMIMPINAN MISTIS: KEDUDUKAN DAN SIFAT
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian awal makalah ini, KM bertujuan menyajikan aspek metodik bagaimana mencapai kualitas kepemimpinan individual seperti yang diinginkan oleh kepemimpinan karismatik dan transformasional. Dengan demikian, kedudukan KM harus diletakkan dalam kerangka The New Leadership, yang berfungsi komplementaris (complementary) terhadap CL dan TL. Fungsi komplementarisnya terletak pada tawaran metodologis alternatif dalam memperoleh kualitas kepemimpinan individual.
Mengapa disebut tawaran metodologis alternatif?. Karena KM menawarkan dimensi yang terlupakan dalam sistem pengetahuan manusia, yaitu: Mistik. Sampai disini maka kita tidak bisa menghindarkan diri untuk tidak membahas aspek pengetahuan sebagai bagian dari filsafat ilmu, sehingga dapat diketahui sifat dari kepemimpinan mistik ini. Istilah mistik berasal dari Mystical (Inggris), yang secara harfiah berarti gaib, ajaib, penuh rahasia, kebatinan. Ada juga istilah Mysticism yang berarti tasawuf atau kebatinan (Echols & Sadly,
6
1996). Hornby mendefinisikan Mysticism sebagai,” the teaching or belief that knowledge of Real Truth and of God may be obtained through meditation or spiritual insight, independently of the mind and the senses” (Simuh, 1996). Jadi, mysticism merupakan keyakinan atau ajaran yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang kebenaran sejati dan Tuhan dapat diperoleh melalui meditasi atau pengalaman spiritual, tanpa menggunakan rasio dan panca indera. Berdasarkan penjelasan tersebut mistik merupakan salah jenis pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.
Dalam makalah ini pembahasan mistik difokuskan pada fungsinya sebagai salah satu jenis pengetahuan. Pengetahuan mistik seringkali diabaikan dalam diskursus ilmiah, karena dominasi pengetahuan ilmiah yang bersifat empiris, dan positivistik. Tafsir (1990) secara eksplisit mengakui keberadaan pengetahuan mistik ini. Menurut Tafsir (1990) terdapat 3 (tiga) macam pengetahuan manusia, yaitu: (i) sains, (ii) filsafat, dan (iii) mistik. Ketiga jenis pengetahuan ini memiliki obyek, paradigma, metode, dan ukuran yang berbeda-beda seperti tampak dalam tabel 1.
Tabel 1
Klasifikasi Pengetahuan Manusia
Macam
Obyek
Paradigma
Metode
Ukuran
Sains
Empiris
Positivistik
Ilmiah
Logis dan bukti empiris
Filsafat
Abstrak logis
logis
rasio
Logis
Mistik
Abstrak supralogis
Mistis
Latihan
rasa
Sumber: Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990, hlm. 15
Berdasarkan tabel 1 diatas, pengetahuan mistik ini berbeda dengan filsafat dan sains. Dua hal yang paling menarik dalam pengetahuan ini adalah ukuran dan metodenya. Penggunaan rasa sebagai ukuran kebenaran pengetahuan memang menjadi sangat kontroversial, apalagi pada kalangan yang terdidik dalam tradisi olah pikir (academic). Dalam kajian filsafat, terdapat aliran pemikiran yang mendukung gagasan ini. Henry Bergson menyebut rasa itu dengan intuisi, Imanuel Kant menyebutnya moral, orang sufi Islam menyebutnya qalb, dzauq, atau irfan. Makalah ringkas ini jelas tidak bermaksud menjelaskan persoalan yang sangat kompleks ini. Salah satu argumentasi sederhana mengapa pengetahuan
7
mistik ini harus dimunculkan adalah karena kebutuhan untuk memandang manusia secara utuh (integratif-humanistik). Manusia memiliki komponen fisik, rasio, dan rasa (batin). Namun, perhatian besar dicurahkan pada aspek fisik dan rasio saja, akibatnya manusia modern mengalami keterasingan (alienasi) dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan akhirnya dengan Tuhan sebagai The Real Truth (Fromm, 1998). Untuk memperoleh pengetahuan mistik, maka metode yang digunakan adalah latihan (practice; exercise). Dalam istilah Jawa, metode ini dikenal sebagai “laku” (Soeprapto, 1989). Aspek metodik “laku” ini yang akan digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Dalam makalah ini istilah metoda laku dan metode mistik digunakan secara substitutif.
Mungkin timbul pertanyaan mengapa metode mistik digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpinan individual, padahal mistik merupakan pengetahuan?. Apakah kualitas kepemimpinan dianggap sebagai pengetahuan atau keahlian?. Terdapat 3 (tiga) alasan, yaitu: (i) kepemimpinan harus dianggap sebagai bauran pengetahuan dan keahlian, (ii) latihan merupakan metode yang menyediakan kesempatan untuk mempertajam dan mengasah dimensi rasa (batin), dan (iii) metode mistik bersifat komplementer (melengkapi) terhadap metode yang menekankan pada olah pikir (rasio; penguasaan konsep dan keahlian teknis). Jadi, metode latihan memang “dipinjam” untuk memperoleh kemampuan kepemimpinan individual yang diperlukan untuk bisa menjadi pemimpin yang efektif.
Apa dan bagaimana metode-metode mistik digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpian?. Penjelasan pertanyaan tersebut diuraikan pada bagian selanjutnya.
D.
METODE-METODE MISTIK (‘LAKU’)
Metode-metode mistik berasal dari tradisi keagamaan atau ritual. Tujuannya yang hakiki adalah untuk mendekatkan diri kepada sesuatu yang transenden, sehingga bisa merasakan kehadirannya secara batiniah dan mewujudkan sifat-sifatNya dalam hidup keseharian. Semua agama memiliki aspek ritus dalam sistem ajarannya, bahkan pada beberapa jenis ritual terdapat kesamaan gerak atau manifestasinya (misalnya: puasa dikenal oleh penganut Islam, Hindu, Budha, dan Kristen). Perlu juga disadari bahwa penggunaan aspek ritual keagaamaan sebagai metode pencapaian tujuan tertentu diluar tujuan keagaamaan memang berpotensi besar mengundang para penentang, karena menganggap niatnya sudah tidak “murni” lagi untuk mengabdi kepada Tuhan. Namun, keberatan tersebut tidak perlu ada
8
jika kegiatan tersebut dipandang dengan berfikir positif. Gordon Allport menyatakan dengan cara ini justru akan menumbuhkan kesadaran spiritual pada setiap individu yang terhujam dalam hati dan rasa, sehingga mewujudkan keberagamaan (religiusitas) yang intrinsik, dan bukan religiusitas yang ekstrinsik (Rahmat, 1991).
Menurut Soeprapto (1989) terdapat 4 (empat) tingkatan laku yang harus dijalani, yaitu: (i) laku badaniah (fisik), (ii) laku kehendak (sembah rasa), (iii) laku jiwa (sembah jiwa), dan (iv) laku rasa (sembah agama). Empat tingkatan laku ini tertuang dalam literatur sufisme Jawa, yaitu Serat Wedhatama yang ditulis oleh Mangkunegoro IV pada tahun 1853 (Hadisutjipto, 1979). Pertama, tingkat yang paling dasar adalah pengolahan diri dengan jalan menghilangkan kotor yang melekat pada badan, memelihara dan menjaga kesucian badan. Cara membersihkannya dengan menggunakan air. Langkah ini dilakukan untuk mempersiapkan badan agar mampu menjadi satu dengan tekad untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, seluruh kegiatan harus selalu terarah kepada tujuan yang ingin dicapai (Soeprapto, 1989:26).
Kedua, laku kehendak yang dijalankan untuk menyucikan batin dengan cara mengekang hawa nafsu. Diawali dengan selalu berlaku tertib, teliti, hati-hati, tepat dan tekun betapapun berat dan sulitnya, sehingga akhirnya menjadi kebiasaan (habit). Dalam melakukan segala perbuatan selalu ingat dan waspada (Soeprapto, 1989: 31). Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh maka akan menghilangkan segala penghalang yang menghambat pandangan lahir dan batin. Dengan demikian, laku kehendak ini akan mengarahkan manusia untuk bisa melihat jalan yang benar, memahami substansi masalah dan realitas objektif, sehingga mampu memberikan pemecahan masalah secara tepat.
Ketiga, laku kejiwaan yang ditujukan kepada aspek psikis. Laku jiwa ini dilakukan dengan menyatukan 3 (tiga) alam, yaitu: (i) alam semesta, (ii) manusia sebagai pribadi, dan (iii) alam metafisik. Manusia harus berusaha menjadi satu dengan alam semesta dan alam metafisik supaya selalu tertuju ke alam keabadian (Hadisutjipto, 1975). Kesatuan tersebut dapat tercipta jika manusia memperhatikan dirinya, dan menjauhkan dari segala hal duniawi dengan melakukan silencing (berdiam, merenung), introspeksi secara benar, sehingga bisa menyatu dalam gerak alam dan masuk ke alam metafisik (diluar jangkauan indera). Dalam diri manusia terdapat sumber hidup yang dapat dijadikan tujuan laku jiwa yaitu kalbu (hati) yang terbuka. Dengan cara ini, seseorang bisa memperoleh pengetahuan yang benar tentang dirinya
9
sendiri yang tidak terpisahkan dengan pengetahuan tentang alam semesta dan alam metafisik. Hal ini dimungkinkan karena jiwa manusia mampu menjadi subyek yang melakukan introspeksi, retrospeksi dan prospeksi terhadap unsur-unsur abstark dari manusia dan alam semesta (Soeprapto, 1989).
Pemikiran yang senada penulis temukan pada pemikiran Marzan (1999) yang menyebutkan 3 (tiga) tahap yang dilakukan untuk mecapai apa yang disebutnya trasformational self-management leadership, yaitu: (i) introspection, (ii) transformation, dan (iii) linking. Tahap pertama merupakan upaya silencing (perenungan) untuk melihat kedalam diri sendiri, looking to inside, melihat hati dan kalbu. Tahap kedua melakukan transormasi (perubahan) dari alam fisik ke alam metafisik. Dan tahap ketiga, menghubungkan (linking) antara diri sendiri (microcosmos; jagad alit) dengan alam semesta (macrocosmos; jagad gede) dan alam keabadian yang metafisik. Tiga tahap ini akan mengantarkan seseorang pada kualitas transformational sef-management ledership, yang merupakan pengungkapan lain dari kepemimpinan mistik seperti yang dimaksud oleh penulis.
Keempat, laku religius (sembah rasa). Laku ini merupakan kegiatan melepaskan diri dari segala keterbatasan. Seluruh kegiatan hanya diarahkan kepada alam transendental atau alam keabadian atau alam ilahiah (Soeprapto, 1989). Dengan laku ini seseorang akan benar-benar mengerti apa tujuan hidup, karena seseorang akan selalu ingat kepada “sangkan paraning dumadi” (asal usulnya dan tempat kembalinya). Inilah laku yang tertinggi yang harus dicapai oleh individu manusia.
Empat tingkatan laku tersebut diatas merupakan penjelasan filosofis atas tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang yang hendak memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Dalam prakteknya, terdapat cara-cara laku yang ditempuh secara lahiriah untuk mencapai kualitas kepemimpinan tersebut. Soehardi (1986) menyebutkan 3 (tiga) klasifikasi laku yang biasa dilakukan oleh masyarakat (Jawa), yaitu: pertama, Nyepi atau Nyepen; mengasingkan diri ke tempat sunyi, seperti: puncak gunung, pinggir sungai, dalam gua, atau ke tengah hutan. Kedua, menunda pemenuhan kebutuhan badaniah atau menyakiti diri sendiri, seperti: berjaga sepanjang malam (lek-lekan), merendam di sungai (kungkum), berpuasa, sesirik, ngebleng, pati geni, atau tapa. Ketiga, ngalap berkah dengan menziarahi makam-makam wali dan petilasan tokoh-tokoh sejarah.
10
Berbagai agama memiliki tradisi ritual seperti ini. Dari ajaran Islam dikenal adanya do’a-do’a tertentu (wirid) yang diyakini mampu memberikan kekuatan dan kemampuan tertentu pada orang yang mengamalkannya. Sholat juga digunakan sebagai metode untuk memperoleh sesuatu, karena diyakini bisa mendatangkan pengaruh tertentu (misalnya sholat Tahajud, sholat Dhuha, Sholat Istisqo’, atau sholat Hajat). Demikian pula halnya dengan dzikir dan menjalankan amalan thariqat tertentu (Simuh, 1996). Dalam tradisi Budha atau Hindu, meditasi dengan cara tertentu (misalnya Yoga) sebagai ritual agama juga dijadikan metode mistik untuk memperoleh kemampuan tertentu yang sifatnya supranatural.
E.
PENUTUP
Dalam pandangan positivisme dan empirisme, semua metode mistik tersebut mungkin dipandang sebagai tidak berguna, tidak ilmiah, dan tidak layak diperbincangkan di kalangan akademik. Namun, kita harus menyadari bahwa keterikatan yang berlebihan kepada positivisme dan empirisme akan membawa ilmu pengetahuan kedalam kekeringan makna dan pendangkalan ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih jauh lagi, manusia akan mengalami fragmentasi dan parsialisasi, karena tidak memberikan kesempatan kepada seluruh dimensi kemanusiaan untuk menunjukkan keberadaannya. Dan sesungguhnya, krisis manusia modern saat ini disebabkan oleh hilangnya dimensi spiritualitas, sehingga manusia menjadi kehilangan makna dan tujuan hidup.
Makalah ringkas ini tentu memerlukan proses elaborasi yang lebih lanjut untuk bisa memberikan pemahaman yang utuh tentang metode mistik dalam memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Gagasan utamanya adalah bagaimana menempatkan dimensi mistik kedalam wacana manajemen secara umum, dan dalam kepemimpinan secara khusus. Pengakuan dimensi mistik kedalam wacana kepemimpinan akan melengkapi (complementary) kekosongan paradigma epistemologis yang berlaku selama ini. Disamping itu, pengakuan dimensi mistik ini akan memperbaiki cara pandang terhadap manusia, dari partialistik menjadi integralistik, sehingga individu manusia memiliki kesadaran utuh tentang makna dan tujuan hidupnya.
Sejumlah pertanyaan harus dijawab dalam proses elaborasi tersebut, misalnya: bagaimana menyediakan landasan kerangka filsafat ilmunya sehingga dimensi mistik yang abstrak supralogis ini dapat dijelaskan secara logis?; kerangka metodologis apa yang cocok
11
dipakai dalam penelitian-penelitian di bidang ini?; bagaimana operasionalisasi konstruk-konstruk yang abstrak itu akan diteliti?; perlukah penyusunan alat ukur (measurement) terhadap konstruk abstrak tadi?; jika perlu, bagaimana cara mengukurnya?; jika metode ini bisa diajarkan (learnable), bagaimana cara mengajarkannya?, berapa lama?, dimana dan siapa yang mengajarkan?.
Bagi penulis, bidang kajian ini sangat menantang dan menarik (exciting), dan sepanjang pengamatan penulis, masih sangat jarang yang membahasnya dalam kaitannya dengan bidang manajemen (khususnya kepemimpinan). Sehingga jika ini ditindaklanjuti dengan serius akan menjadi aliran pemikiran manajemen (kepemimpinan) yang distinct dan genuine, ditengah-tengah melimpahnya pemikiran di bidang ini yang sudah hampir jenuh dan cenderung mengalami penyeragaman (uniformity). Dengan menggunakan kerangka product life cycle (PLC), kerangka kepemimpinan mistik akan meremajakan kembali (rejuvenate) siklus pemikiran kepemimpinan yang hampir memasuki tahap decline. Kajian pendukung untuk bidang ini sebenarnya berlimpah. Kita dapat menggunakan sumber utama dari hasil-hasil pemikiran keagamaan (studi agama) dan filsafat, ditambah studi-studi di bidang sosiologi dan antropologi budaya.
Tentu saja, pembahasan yang disajikan penulis untuk menangkap substansi masalah ini masih sangat dangkal, dan masih mentah. Oleh karena itu, lontaran gagasan ini mudah-mudahan menarik perhatian semua pihak yang memiliki kompetensi dan minat untuk menggali permasalahan ini lebih jauh dan lebih dalam lagi..
12
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Cetakan XXIII, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fromm, Eric. 1997. Escape from Freedom. Terjemahan oleh Kamdani. Cetakan 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadisutjipto, S. 1975. Serat Wedhatama, Surakarta: Sadu Budi.
Luthan, Fred. 1995. Organizational Behavior. 7th edition. New York: McGraw-Hill.
Rahmat, Jalaluddin. 1991. Islam Alternatif. Bandung: Mizan
Robin, Stephen P. 1996. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. 7th edition, Englewood Cliff: Prentice Hall International, Inc.
Schermerhorn, Jr. John R., et.al. 1997. Organizational Behavior. 6th edition, New York: John Wiley and Sons, Inc.
Simuh, 1996. Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Cetakan 2, Yogyakarta: Bentang.
Simuh, 1996. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Cetakan pertama, Jakarta: Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai William James. Bandung: Remaja Rosda Karya.
B.
Laporan Penelitian dan Makalah
Marzan, Bienvenido. 1999. Emerging Values on Human Resources Development: Trends, Prospects and Challenges. Materi Presentasi pada Kuliah Umum yang diselenggarakan QUE Manajemen Fakultas Ekonomi UGM, 22 April 1999.
Soeprapto, Sri. 1989. Metode “laku” sebagai Cara untuk Memperoleh Pengetahuan. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
Soehardi. 1986. Tirakat: Suatu Tinjauan “Laku” Mistik dalam Masyarakat Jawa. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Yogyakarta. Oleh: Dudung Abdurrahman
PENDAHULUAN
Penulis ingin menjelaskan dulu sejumlah asumsi yang mendasari pemikiran tentang Kepemimpinan Mistik (KM) dalam keseluruhan alur pemikiran makalah ini. Pertama, makalah ini harus dipandang sebagai upaya embrional menuju pengembangan suatu kerangka konseptual kepemimpinan yang “distinct” dan “unique” diantara berbagai pemikiran kepemimpinan yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka memenuhi karakteristik tersebut, maka penulis melihat dimensi mistik dalam kepemimpinan belum mendapatkan perhatian yang memadai.
Kedua, pemilihan kata mistik diharapkan tidak menimbulkan apriori dan prasangka negatif terhadap makalah ini. Kata ini dipilih karena memiliki medan makna (semantic field) yang paling tepat untuk mewadahi penjelasan yang ingin disampaikan. Sekaligus pula terkandung niat untuk meluruskan pengertian kata tersebut yang sudah mengalami pergeseran makna menjadi sesuatu yang berkonotasi negatif, buruk, atau rendah (pejorative). Padahal makna asalnya mengandung sesuatu yang bersifat positif dan mulia.
Ketiga, makalah ini muncul dari kesadaran penulis tentang perlunya suatu pemikiran dalam kepemimpinan yang lebih memberikan ruang terhadap dimensi emosional, spiritual, atau batin individu manusia yang seringkali luput dari perhatian, karena lebih menekankan pada dimensi intelektualitas, rasionalitas, atau bahkan penampilan fisik individu manusia. Kecenderungan untuk memberikan perhatian pada dimensi batin, emosi atau spiritual dalam kepemimpinan sebenarnya sudah terlihat secara jelas dengan munculnya charismatic leadership (House, 1976; Conger & Kanungo, 1994) dan transformational leadership (Bass, 1990). Gagasan utama makalah ini juga berada dalam arah yang sama dengan pemikiran tersebut.
Tujuan makalah ini adalah menjelaskan bagaimana seorang individu pemimpin memperoleh atau mendapatkan kemampuan kepemimpinannya melalui latihan-latihan dan usaha-usaha yang bersifat mistis. Dengan kata lain, gagasan utama KM terletak pada aspek
1
metodik-filosofis. Berbagai pemikiran dalam bidang kepemimpinan tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang hal ini, atau bahkan mengabaikannya sama sekali. Dalam aspek inilah terutama KM berusaha mengisi kekosongan itu. Tujuan ini sekaligus menunjukkan keberbedaan (distinctiveness) kepemimpinan mistikal diantara pemikiran kepemimpinan yang lainnya.
Tingkat analisis (level of analysis) KM difokuskan pada pemimpin sebagai individu. Tingkat analisis individual ini memiliki arti penting yang signifikan dalam kajian kepemimpinan, karena kualitas kepemimpinan individu merupakan inti (core) dari kepemimpinan. Apalagi jika dikaitkan dengan salah satu nilai yang penulis yakini yaitu bahwa, ”setiap individu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu, … (Al Hadits).
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembahasan makalah ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: (i) menjelaskan secara ringkas evolusi pemikiran tentang kepemimpinan, (ii) menjelaskan kedudukan dan sifat KM, dan (iii) metode-metode mistik dalam perolehan kualitas kepemimpinan individual.
B.
EVOLUSI PEMIKIRAN DALAM KEPEMIMPINAN
Luthan (1995) menyatakan bahwa rangkaian kajian awal dalam kepemimpinan dimulai pada akhir tahun 1930-an oleh Ronald Lippit dan Ralp K. White dibawah arahan Kurt Lewin di University of Iowa, sehingga dikenal sebagai The Iowa Leadership Studies. Disusul kemudian dengan kajian yang dilakukan oleh Bureau of Business Research di Ohio State University pada tahun 1945, sehingga dikenal sebagai The Ohio State Leadership Studies. Pada saat yang bersamaan dilakukan pula kajian kepemimpinan oleh Survey Research Center di University of Michigan yang dikenal dengan The Early Michigan Leadership Studies. Tiga rangkaian penelitian ini merupakan kajian kepemimpinan yang paling penting untuk bidang perilaku organisasional. Selanjutnya, muncul berbagai pemikiran tentang kepemimpinan yang sangat variatif.
Berbagai pemikiran tentang kepemimpinan dikelompokkan kedalam klasifikasi yang berbeda oleh para pakar organisasi (misalnya: Luthan, 1995; Robin, 1996; Schermerhorn,
2
1997). Dalam makalah ini digunakan klasifikasi dari Schermerhorn (1997) yang membagi pemikiran kepemimpinan menjadi 4 (empat) landasan teoritis, yaitu: (i) Trait Theories (TT), (ii) Behavioral Theories (BT), (iii) Situational Contingency Theories (SCT), dan (iv) The New Leadership (TNL). Klasifikasi ini dipilih karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan klasifikasi lainnya. Pertama, Trait Theories (TT0 berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat yang dimiliki oleh “orang-orang besar” dalam sejarah. Sifat-sifat tersebut (misalnya berani, integritas, cerdas, dll) berkaitan dengan keberhasilan seorang pemimpin. Dari landasan teori ini pula muncul pendapat bahwa, “leaders were felt to be born, not made”. (Luthan, 1995). Pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan. Jadi, kemampuan memimpin merupakan anugrah alamiah yang melekat dalam diri seseorang menurut kodratnya. Namun, kajian ini dianggap gagal menyediakan suatu teori sifat yang umum (universal) mengidentifikasi pemimpin, karena ketidaklayakan melakukan konseptualisasi dan pengukuran sejumlah sifat, dan kegagalan untuk menunjukkan perbedaan dalam organisasi dan situasi, sebagaimana dijelaskan oleh Bernard M. Bass (Schermerhorn, 1997).
Kedua, Behavioral Theories (BT) berasumsi bahwa terdapat perilaku atau tindakan yang paling efektif supaya kepemimpinan berhasil dengan baik. Jadi, sebenarnya sama saja dengan teori pertama, hanya berbeda titik perhatiannya saja: dari sifat (trait) menjadi perilaku (behavior). Pemikiran kepemimpinan yang dikelompokkan dalam landasan teori ini adalah: (i) The Iowa Studies, (ii) The Ohio State Studies, (iii) Michigan Studies, (iv) The Leadership Grid, dan (v) Leader-Member Exchange Theory (LMX). Kecuali untuk LMX theory, 4 (empat) teori perilaku lainnya menekankan pada perilaku yang berorientasi pada initiating structure versus consideration (Ohio); atau employee oriented vs production oriented (Michigan); atau concern for people vs concern for production (Grid). Sedangkan LMX menekankan pada perbedaan perlakuan pemimpin kepada bawahannya tergantung dari kualitas hubungan dyad (pasangan) antara pemimpin dengan bawahannya. Jika kualitas LMX tinggi, maka bawahan tersebut dianggap “in-group”, sedangkan bawahan dengan kualitas LMX rendah dianggap “out-group”.
Implikasi praktis BT dinyatakan dengan tepat oleh Robin (1996), “if behavioral studies were to turn up critical behavioral determinant of leadership, we could train people to be a leader”. Berbeda dengan implikasi TT yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan (kodrati) sehingga tidak bisa diajarkan. Sebaliknya, BT menyatakan bahwa jika terdapat
3
perilaku spesifik pada pemimpin tertentu, maka kepemimpinan itu dapat diajarkan dengan merancang program yang mencangkokkan pola-pola perilaku tersebut kepada orang yang menginginkan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Namun, terdapat satu pertimbangan yang dilupakan oleh BT yaitu faktor situasi yang selalu berubah. Perubahan situasi menuntut perubahan perilaku pemimpin. Perubahan perilaku efektif inilah yang tidak mungkin dilakukan karena adanya asumsi bahwa terdapat perilaku yang paling efektif dalam segala situasi.
Kelemahan BT diperbaiki dalam landasan teori ketiga, yaitu: SCT (Situational Contingency Theories), yang meliputi: (i) Fiedler’s theory, (ii) Path-Goal theory, (iii) Hersey & Blanchard’s theory, (iv) Jermier & Kerr’s Substitute for Ledership. Inti argumentasi seluruh teori kepemimpinan kontingensi adalah bahwa tidak ada perilaku pemimpin yang efektif berlaku pada semua situasi. Perilaku x hanya akan efektif pada situasi a, sedangkan pada situasi b yang efektif adalah perilaku y, dan perilaku z hanya efektif pada situasi c (Robin, 1996: 419). Dalam hal ini, SCT menentukan faktor-faktor situasi apakah yang menentukan efektif tidaknya suatu perilaku pemimpin. Fiedler mengidentifikasikan 3 (tiga) dimensi situasional, yaitu: (i) leader-member relation, yang menunjukkan tingkat kepercayaan, keyakinan, dan respek bawahan terhadap pemimpinnya; (ii) Task structure, yang menunjukkan tingkat sejauh mana tugas-tugas pekerjaan dirumuskan secara prosedural; dan (iii) Position power, yang menunjukkan tingkat pengaruh yang dimiliki pemimpin dalam mengendalikan variabel-variabel kekuasaan (Robin, 1996). Sedangkan Hersey dan Blanchard menekankan faktor situasi berupa “maturity of follower” (kematangan pengikut) yang dilihat dari kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk melakukan suatu pekerjaan.
Landasan teori kepemimpinan yang terakhir adalah The New Leadership (TNL). Pendekatan kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai TNL adalah: (i) Attribution Theory (AT), (ii) Charismatic Leadership (CL), dan (iii) Transformational Leadership (TL). Pertama, AT; AT mengemukakan bahwa kepemimpinan hanya merupakan suatu atribusi yang dibuat oleh masyarakat (orang-orang) tentang orang lain (Robin, 1996: 436). Jika orang lain memberi atribusi positif kepada seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan efektif. Jadi, pendekatan ini menekankan pada persepsi orang lain terhadap perilaku pemimpin tersebut.
Kedua, CL; CL merupakan perluasan dari teori atribusi (Robin, 1996: 436), dan gabungan dari trait dan behavior theories (Schermerhorn,et.al, 1997: 329). Conger &
4
Kanungo menyatakan bahwa para pengikut membuat atribusi tentang kemampuan kepemimpinan yang heroik dan extraordinary ketika mereka menyaksikan perilaku-perilaku tertentu (Robin, 1996). Charismatic leaders didefinisikan sebagai,”those who, by force of their personal capabilities, are capable of having a profound and extraordinary effect on followers” (Schermerhorn,et.al., 1997). Robert House juga membedakan antara negatif atau “dark-side” charismatic leaders yang menekankan pada personalisasi kekuasaan (personalized power) terfokus pada dirinya, dan positif atau “bright-side” charismatic leaders yang menekankan pada sosialisasi kekuasaan (socialized power) dengan memberdayakan pengikutnya. Dua kategori ini membantu membedakan, misalnya, antara Hitler, David Koresh, Jim Jones (dark-siders) dan Martin Luther King (bright-side) (Schermerhorn,et.al., 1997).
Dalam menjelaskan CL, Conger & Kanungo mengembangkan 4 tahap CL, yaitu: (i) mengembangkan visi perubahan dari status quo, (ii) mengkomunikasikan visi tersebut kepada pengikutnya, (iii) membangun kepercayaan dengan menunjukkan kualitas seperti expertise, success, risk taking, atau tindakan yang inkonvensional, dan (iv) pemimpin menunjukkan cara untuk mencapai visi dengan melakukan pemberdayaan, modelling bagi pengikut (Schermerhorn,et.al., 1997). Luthan (1995) menyatakan sejumlah sifat pemimpin yang mendorong terjadinya atribusi karismatik, yaitu: (i) self confidence, (ii) impression management skill, (iii) social sensitivity, dan (iv) empathy.
Pemikiran kepemimpinan terakhir adalah transformational leadership (TL), yang dikemukkan oleh Bernard M. Bass. Transformational leader dijelaskan sebagai,”leaders who provide individual consideration and intellectual stimulation and who possess charisma” (Robin, 1996). Menurut Bass, TL memiliki 4 dimensi, yaitu: (i) charisma, (ii) inspiration, (iii) intellectual stimulation, dan (iv) individualized consideration (Luthan, 1995). Dari dimensi tersebut terlihat bahwa TL mengakomodasikan aspek CL, yaitu: charisma. Sedangkan Tichy dan Devana menemukan 7 karakteristik transformational leader, yaitu: (i) they identify themselves as change agents, (ii) they are courageous, (iii) they believe in peole, (iv) they are value-driven, (v) they are lifelong learner, (vi) they have ability to deal with complexity, ambiguity, and uncertainty, and (vii) they are visionaries (Luthan, 1995).
Prasyarat yang diperlukan untuk mewujudkan CL dan TL tersebut diatas merupakan gabungan kualitas kepemimpinan individual yang terdiri atas: sifat pribadi (traits), aktifitas (activity), dan keahlian (skills) yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Kajian
5
yang mencoba menjawab apa kegiatan atau peranan dan keahlian yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif, sebenarnya telah dilakukan oleh sejumlah pakar (Mintzberg, 1973; Luthan, 1985). Pendekatan tersebut saat ini memperoleh tempat dalam pemikiran kepemimpinan melalui kerangka Charismatic Leadership dan Transformational Leadership.
Hal paling penting dari kerangka New Leadership, khususnya dalam charismatic dan transformational leadership adalah kembalinya titik perhatian kepemimpinan pada dimensi individual (leader itself), yang memiliki sejumlah sifat dan kemampuan personal untuk merebut kesediaan karyawan menunjukkan seluruh potensi dirinya secara nyata. Dalam CL dan TL, karyawan merasakan kebanggaan dan kekaguman kepada pemimpinnya yang menjadikannya “takluk” secara sukarela dalam menerima pengaruh dan kekuasaan pemimpin tersebut. Namun, pemimpin karismatik tidak menggunakan “penyerahan diri” pengikutnya itu untuk memberdayakan dirinya sendiri dengan mengeksploitasi pengikut, tapi justru untuk memberdayakan para pengikutnya sebagai manusia yang utuh, sehingga tercipta kepuasan dan harmoni yang terus menerus.
Persoalannya adalah bagaimana para pemimpin memperoleh kualitas kepemimpinan individual tersebut?. Apa hal baru yang ditawarkan oleh kepemimpinan mistikal dalam persoalan ini?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.
C.
KEPEMIMPINAN MISTIS: KEDUDUKAN DAN SIFAT
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian awal makalah ini, KM bertujuan menyajikan aspek metodik bagaimana mencapai kualitas kepemimpinan individual seperti yang diinginkan oleh kepemimpinan karismatik dan transformasional. Dengan demikian, kedudukan KM harus diletakkan dalam kerangka The New Leadership, yang berfungsi komplementaris (complementary) terhadap CL dan TL. Fungsi komplementarisnya terletak pada tawaran metodologis alternatif dalam memperoleh kualitas kepemimpinan individual.
Mengapa disebut tawaran metodologis alternatif?. Karena KM menawarkan dimensi yang terlupakan dalam sistem pengetahuan manusia, yaitu: Mistik. Sampai disini maka kita tidak bisa menghindarkan diri untuk tidak membahas aspek pengetahuan sebagai bagian dari filsafat ilmu, sehingga dapat diketahui sifat dari kepemimpinan mistik ini. Istilah mistik berasal dari Mystical (Inggris), yang secara harfiah berarti gaib, ajaib, penuh rahasia, kebatinan. Ada juga istilah Mysticism yang berarti tasawuf atau kebatinan (Echols & Sadly,
6
1996). Hornby mendefinisikan Mysticism sebagai,” the teaching or belief that knowledge of Real Truth and of God may be obtained through meditation or spiritual insight, independently of the mind and the senses” (Simuh, 1996). Jadi, mysticism merupakan keyakinan atau ajaran yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang kebenaran sejati dan Tuhan dapat diperoleh melalui meditasi atau pengalaman spiritual, tanpa menggunakan rasio dan panca indera. Berdasarkan penjelasan tersebut mistik merupakan salah jenis pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.
Dalam makalah ini pembahasan mistik difokuskan pada fungsinya sebagai salah satu jenis pengetahuan. Pengetahuan mistik seringkali diabaikan dalam diskursus ilmiah, karena dominasi pengetahuan ilmiah yang bersifat empiris, dan positivistik. Tafsir (1990) secara eksplisit mengakui keberadaan pengetahuan mistik ini. Menurut Tafsir (1990) terdapat 3 (tiga) macam pengetahuan manusia, yaitu: (i) sains, (ii) filsafat, dan (iii) mistik. Ketiga jenis pengetahuan ini memiliki obyek, paradigma, metode, dan ukuran yang berbeda-beda seperti tampak dalam tabel 1.
Tabel 1
Klasifikasi Pengetahuan Manusia
Macam
Obyek
Paradigma
Metode
Ukuran
Sains
Empiris
Positivistik
Ilmiah
Logis dan bukti empiris
Filsafat
Abstrak logis
logis
rasio
Logis
Mistik
Abstrak supralogis
Mistis
Latihan
rasa
Sumber: Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990, hlm. 15
Berdasarkan tabel 1 diatas, pengetahuan mistik ini berbeda dengan filsafat dan sains. Dua hal yang paling menarik dalam pengetahuan ini adalah ukuran dan metodenya. Penggunaan rasa sebagai ukuran kebenaran pengetahuan memang menjadi sangat kontroversial, apalagi pada kalangan yang terdidik dalam tradisi olah pikir (academic). Dalam kajian filsafat, terdapat aliran pemikiran yang mendukung gagasan ini. Henry Bergson menyebut rasa itu dengan intuisi, Imanuel Kant menyebutnya moral, orang sufi Islam menyebutnya qalb, dzauq, atau irfan. Makalah ringkas ini jelas tidak bermaksud menjelaskan persoalan yang sangat kompleks ini. Salah satu argumentasi sederhana mengapa pengetahuan
7
mistik ini harus dimunculkan adalah karena kebutuhan untuk memandang manusia secara utuh (integratif-humanistik). Manusia memiliki komponen fisik, rasio, dan rasa (batin). Namun, perhatian besar dicurahkan pada aspek fisik dan rasio saja, akibatnya manusia modern mengalami keterasingan (alienasi) dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan akhirnya dengan Tuhan sebagai The Real Truth (Fromm, 1998). Untuk memperoleh pengetahuan mistik, maka metode yang digunakan adalah latihan (practice; exercise). Dalam istilah Jawa, metode ini dikenal sebagai “laku” (Soeprapto, 1989). Aspek metodik “laku” ini yang akan digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Dalam makalah ini istilah metoda laku dan metode mistik digunakan secara substitutif.
Mungkin timbul pertanyaan mengapa metode mistik digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpinan individual, padahal mistik merupakan pengetahuan?. Apakah kualitas kepemimpinan dianggap sebagai pengetahuan atau keahlian?. Terdapat 3 (tiga) alasan, yaitu: (i) kepemimpinan harus dianggap sebagai bauran pengetahuan dan keahlian, (ii) latihan merupakan metode yang menyediakan kesempatan untuk mempertajam dan mengasah dimensi rasa (batin), dan (iii) metode mistik bersifat komplementer (melengkapi) terhadap metode yang menekankan pada olah pikir (rasio; penguasaan konsep dan keahlian teknis). Jadi, metode latihan memang “dipinjam” untuk memperoleh kemampuan kepemimpinan individual yang diperlukan untuk bisa menjadi pemimpin yang efektif.
Apa dan bagaimana metode-metode mistik digunakan untuk memperoleh kualitas kepemimpian?. Penjelasan pertanyaan tersebut diuraikan pada bagian selanjutnya.
D.
METODE-METODE MISTIK (‘LAKU’)
Metode-metode mistik berasal dari tradisi keagamaan atau ritual. Tujuannya yang hakiki adalah untuk mendekatkan diri kepada sesuatu yang transenden, sehingga bisa merasakan kehadirannya secara batiniah dan mewujudkan sifat-sifatNya dalam hidup keseharian. Semua agama memiliki aspek ritus dalam sistem ajarannya, bahkan pada beberapa jenis ritual terdapat kesamaan gerak atau manifestasinya (misalnya: puasa dikenal oleh penganut Islam, Hindu, Budha, dan Kristen). Perlu juga disadari bahwa penggunaan aspek ritual keagaamaan sebagai metode pencapaian tujuan tertentu diluar tujuan keagaamaan memang berpotensi besar mengundang para penentang, karena menganggap niatnya sudah tidak “murni” lagi untuk mengabdi kepada Tuhan. Namun, keberatan tersebut tidak perlu ada
8
jika kegiatan tersebut dipandang dengan berfikir positif. Gordon Allport menyatakan dengan cara ini justru akan menumbuhkan kesadaran spiritual pada setiap individu yang terhujam dalam hati dan rasa, sehingga mewujudkan keberagamaan (religiusitas) yang intrinsik, dan bukan religiusitas yang ekstrinsik (Rahmat, 1991).
Menurut Soeprapto (1989) terdapat 4 (empat) tingkatan laku yang harus dijalani, yaitu: (i) laku badaniah (fisik), (ii) laku kehendak (sembah rasa), (iii) laku jiwa (sembah jiwa), dan (iv) laku rasa (sembah agama). Empat tingkatan laku ini tertuang dalam literatur sufisme Jawa, yaitu Serat Wedhatama yang ditulis oleh Mangkunegoro IV pada tahun 1853 (Hadisutjipto, 1979). Pertama, tingkat yang paling dasar adalah pengolahan diri dengan jalan menghilangkan kotor yang melekat pada badan, memelihara dan menjaga kesucian badan. Cara membersihkannya dengan menggunakan air. Langkah ini dilakukan untuk mempersiapkan badan agar mampu menjadi satu dengan tekad untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, seluruh kegiatan harus selalu terarah kepada tujuan yang ingin dicapai (Soeprapto, 1989:26).
Kedua, laku kehendak yang dijalankan untuk menyucikan batin dengan cara mengekang hawa nafsu. Diawali dengan selalu berlaku tertib, teliti, hati-hati, tepat dan tekun betapapun berat dan sulitnya, sehingga akhirnya menjadi kebiasaan (habit). Dalam melakukan segala perbuatan selalu ingat dan waspada (Soeprapto, 1989: 31). Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh maka akan menghilangkan segala penghalang yang menghambat pandangan lahir dan batin. Dengan demikian, laku kehendak ini akan mengarahkan manusia untuk bisa melihat jalan yang benar, memahami substansi masalah dan realitas objektif, sehingga mampu memberikan pemecahan masalah secara tepat.
Ketiga, laku kejiwaan yang ditujukan kepada aspek psikis. Laku jiwa ini dilakukan dengan menyatukan 3 (tiga) alam, yaitu: (i) alam semesta, (ii) manusia sebagai pribadi, dan (iii) alam metafisik. Manusia harus berusaha menjadi satu dengan alam semesta dan alam metafisik supaya selalu tertuju ke alam keabadian (Hadisutjipto, 1975). Kesatuan tersebut dapat tercipta jika manusia memperhatikan dirinya, dan menjauhkan dari segala hal duniawi dengan melakukan silencing (berdiam, merenung), introspeksi secara benar, sehingga bisa menyatu dalam gerak alam dan masuk ke alam metafisik (diluar jangkauan indera). Dalam diri manusia terdapat sumber hidup yang dapat dijadikan tujuan laku jiwa yaitu kalbu (hati) yang terbuka. Dengan cara ini, seseorang bisa memperoleh pengetahuan yang benar tentang dirinya
9
sendiri yang tidak terpisahkan dengan pengetahuan tentang alam semesta dan alam metafisik. Hal ini dimungkinkan karena jiwa manusia mampu menjadi subyek yang melakukan introspeksi, retrospeksi dan prospeksi terhadap unsur-unsur abstark dari manusia dan alam semesta (Soeprapto, 1989).
Pemikiran yang senada penulis temukan pada pemikiran Marzan (1999) yang menyebutkan 3 (tiga) tahap yang dilakukan untuk mecapai apa yang disebutnya trasformational self-management leadership, yaitu: (i) introspection, (ii) transformation, dan (iii) linking. Tahap pertama merupakan upaya silencing (perenungan) untuk melihat kedalam diri sendiri, looking to inside, melihat hati dan kalbu. Tahap kedua melakukan transormasi (perubahan) dari alam fisik ke alam metafisik. Dan tahap ketiga, menghubungkan (linking) antara diri sendiri (microcosmos; jagad alit) dengan alam semesta (macrocosmos; jagad gede) dan alam keabadian yang metafisik. Tiga tahap ini akan mengantarkan seseorang pada kualitas transformational sef-management ledership, yang merupakan pengungkapan lain dari kepemimpinan mistik seperti yang dimaksud oleh penulis.
Keempat, laku religius (sembah rasa). Laku ini merupakan kegiatan melepaskan diri dari segala keterbatasan. Seluruh kegiatan hanya diarahkan kepada alam transendental atau alam keabadian atau alam ilahiah (Soeprapto, 1989). Dengan laku ini seseorang akan benar-benar mengerti apa tujuan hidup, karena seseorang akan selalu ingat kepada “sangkan paraning dumadi” (asal usulnya dan tempat kembalinya). Inilah laku yang tertinggi yang harus dicapai oleh individu manusia.
Empat tingkatan laku tersebut diatas merupakan penjelasan filosofis atas tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang yang hendak memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Dalam prakteknya, terdapat cara-cara laku yang ditempuh secara lahiriah untuk mencapai kualitas kepemimpinan tersebut. Soehardi (1986) menyebutkan 3 (tiga) klasifikasi laku yang biasa dilakukan oleh masyarakat (Jawa), yaitu: pertama, Nyepi atau Nyepen; mengasingkan diri ke tempat sunyi, seperti: puncak gunung, pinggir sungai, dalam gua, atau ke tengah hutan. Kedua, menunda pemenuhan kebutuhan badaniah atau menyakiti diri sendiri, seperti: berjaga sepanjang malam (lek-lekan), merendam di sungai (kungkum), berpuasa, sesirik, ngebleng, pati geni, atau tapa. Ketiga, ngalap berkah dengan menziarahi makam-makam wali dan petilasan tokoh-tokoh sejarah.
10
Berbagai agama memiliki tradisi ritual seperti ini. Dari ajaran Islam dikenal adanya do’a-do’a tertentu (wirid) yang diyakini mampu memberikan kekuatan dan kemampuan tertentu pada orang yang mengamalkannya. Sholat juga digunakan sebagai metode untuk memperoleh sesuatu, karena diyakini bisa mendatangkan pengaruh tertentu (misalnya sholat Tahajud, sholat Dhuha, Sholat Istisqo’, atau sholat Hajat). Demikian pula halnya dengan dzikir dan menjalankan amalan thariqat tertentu (Simuh, 1996). Dalam tradisi Budha atau Hindu, meditasi dengan cara tertentu (misalnya Yoga) sebagai ritual agama juga dijadikan metode mistik untuk memperoleh kemampuan tertentu yang sifatnya supranatural.
E.
PENUTUP
Dalam pandangan positivisme dan empirisme, semua metode mistik tersebut mungkin dipandang sebagai tidak berguna, tidak ilmiah, dan tidak layak diperbincangkan di kalangan akademik. Namun, kita harus menyadari bahwa keterikatan yang berlebihan kepada positivisme dan empirisme akan membawa ilmu pengetahuan kedalam kekeringan makna dan pendangkalan ilmu pengetahuan itu sendiri. Lebih jauh lagi, manusia akan mengalami fragmentasi dan parsialisasi, karena tidak memberikan kesempatan kepada seluruh dimensi kemanusiaan untuk menunjukkan keberadaannya. Dan sesungguhnya, krisis manusia modern saat ini disebabkan oleh hilangnya dimensi spiritualitas, sehingga manusia menjadi kehilangan makna dan tujuan hidup.
Makalah ringkas ini tentu memerlukan proses elaborasi yang lebih lanjut untuk bisa memberikan pemahaman yang utuh tentang metode mistik dalam memperoleh kualitas kepemimpinan individual. Gagasan utamanya adalah bagaimana menempatkan dimensi mistik kedalam wacana manajemen secara umum, dan dalam kepemimpinan secara khusus. Pengakuan dimensi mistik kedalam wacana kepemimpinan akan melengkapi (complementary) kekosongan paradigma epistemologis yang berlaku selama ini. Disamping itu, pengakuan dimensi mistik ini akan memperbaiki cara pandang terhadap manusia, dari partialistik menjadi integralistik, sehingga individu manusia memiliki kesadaran utuh tentang makna dan tujuan hidupnya.
Sejumlah pertanyaan harus dijawab dalam proses elaborasi tersebut, misalnya: bagaimana menyediakan landasan kerangka filsafat ilmunya sehingga dimensi mistik yang abstrak supralogis ini dapat dijelaskan secara logis?; kerangka metodologis apa yang cocok
11
dipakai dalam penelitian-penelitian di bidang ini?; bagaimana operasionalisasi konstruk-konstruk yang abstrak itu akan diteliti?; perlukah penyusunan alat ukur (measurement) terhadap konstruk abstrak tadi?; jika perlu, bagaimana cara mengukurnya?; jika metode ini bisa diajarkan (learnable), bagaimana cara mengajarkannya?, berapa lama?, dimana dan siapa yang mengajarkan?.
Bagi penulis, bidang kajian ini sangat menantang dan menarik (exciting), dan sepanjang pengamatan penulis, masih sangat jarang yang membahasnya dalam kaitannya dengan bidang manajemen (khususnya kepemimpinan). Sehingga jika ini ditindaklanjuti dengan serius akan menjadi aliran pemikiran manajemen (kepemimpinan) yang distinct dan genuine, ditengah-tengah melimpahnya pemikiran di bidang ini yang sudah hampir jenuh dan cenderung mengalami penyeragaman (uniformity). Dengan menggunakan kerangka product life cycle (PLC), kerangka kepemimpinan mistik akan meremajakan kembali (rejuvenate) siklus pemikiran kepemimpinan yang hampir memasuki tahap decline. Kajian pendukung untuk bidang ini sebenarnya berlimpah. Kita dapat menggunakan sumber utama dari hasil-hasil pemikiran keagamaan (studi agama) dan filsafat, ditambah studi-studi di bidang sosiologi dan antropologi budaya.
Tentu saja, pembahasan yang disajikan penulis untuk menangkap substansi masalah ini masih sangat dangkal, dan masih mentah. Oleh karena itu, lontaran gagasan ini mudah-mudahan menarik perhatian semua pihak yang memiliki kompetensi dan minat untuk menggali permasalahan ini lebih jauh dan lebih dalam lagi..
12
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Cetakan XXIII, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fromm, Eric. 1997. Escape from Freedom. Terjemahan oleh Kamdani. Cetakan 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadisutjipto, S. 1975. Serat Wedhatama, Surakarta: Sadu Budi.
Luthan, Fred. 1995. Organizational Behavior. 7th edition. New York: McGraw-Hill.
Rahmat, Jalaluddin. 1991. Islam Alternatif. Bandung: Mizan
Robin, Stephen P. 1996. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. 7th edition, Englewood Cliff: Prentice Hall International, Inc.
Schermerhorn, Jr. John R., et.al. 1997. Organizational Behavior. 6th edition, New York: John Wiley and Sons, Inc.
Simuh, 1996. Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Cetakan 2, Yogyakarta: Bentang.
Simuh, 1996. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Cetakan pertama, Jakarta: Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai William James. Bandung: Remaja Rosda Karya.
B.
Laporan Penelitian dan Makalah
Marzan, Bienvenido. 1999. Emerging Values on Human Resources Development: Trends, Prospects and Challenges. Materi Presentasi pada Kuliah Umum yang diselenggarakan QUE Manajemen Fakultas Ekonomi UGM, 22 April 1999.
Soeprapto, Sri. 1989. Metode “laku” sebagai Cara untuk Memperoleh Pengetahuan. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
Soehardi. 1986. Tirakat: Suatu Tinjauan “Laku” Mistik dalam Masyarakat Jawa. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Yogyakarta. Oleh: Dudung Abdurrahman
Just for sharing ......^^
Memang benar Manusia adalah makhluk sosial, pasti tidak lepas
berinteraksi antara satu dengan lainnya. Pasti suatu saat akan timbul
friksi atau gesekan yang bisa positif atau malah bisa menimbulkan hal
negatif. Hal positif adalah menimbulkan motivasi diri kita untuk bisa
lebih baik dari orang lain. Sedangkan hal negatif adalah rusaknya
hubungan diantara sesama manusia, misalnya perkelahian, perceraian,
permusuhan dan sebagainya. Rusaknya hubungan tersebut bisa jadi
disebabkan kita tidak mengenali sifat dan karakter diri kita dan juga
tidak mengetahui karakter manusia lainnya.
Untuk mempermudah membedakan orang dari sifat dan karakternya ada salah satu referensi buku yang menarik di tulis oleh Florence Littauer yang berjudul “Personality Plus“. Membawakan topik klasik psikologi, yang konon sudah ditetapkan Hippocrates 2400 tahun yang lalu, yaitu empat kepribadian: Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Phlegmatis. Kita lihat satu persatu keempat sifat dasar yang dikemukakan Florence Littauer dalam bukunya “Personality Plus” sebagai berikut :
Kepribadian Sanguins (Sanguins yang Populer)
Kemampuan orang Sanguinis yang Populer untuk melangsungkan percakapan yang mengasyikkan apakah mengenai sesuatu merupakan segi plus yang membuat iri hati orang lain; tetapi kalau dibawa sampai ke ujung yang ekstrim orang Sanguinis yang Populer bicara terus-menerus, memonopoli, menyela, dan menyimpang terlalu jauh dari kebenaran.
Bergaul dengan orang sanguin ini sebenarnya menyenangkan, jika dia bercerita dia bisa menggambarkan sesuatu dengan baik, sehingga pikiran kita diajak untuk merangkai katanya-katanya seperti sebuah film di kepala kita, saking bagusnya penggambaran ceritanya.
Contohnya :
Jika dia butuh sumbangan dana dari kita, sms yang dikirim ke kita adalah “Masukkan Pundi-pundi amal anda ke rekening bla..bla..bla..
Kepribadian Melankolis (Melankolis yang Sempurna) :
Pemikiran analitis yang mendalam dari orang Melankolis yang Sempurna merupakan ciri khas yang jenius, banyak dihormati oleh mereka yang pikirannya lebih dangkal, walaupun demikian kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, dia jadi menyebabkan kemurungan dan menekan perasaan.
Kadangkala bergaul dengan orang melankolis menimbulkan kebosanan dalam diri kita, semuanya serba teratur dan teliti, segala sesuatu dikerjakan dengan langkah-langkah yang jelas dan terstruktur. Kalau lama dalam proses pengerjaan bukan karena malas tetapi karena hasilnya harus sempurna. Ciri-ciri kalau kita bertemu dengan orang Melankolis ini biasanya dilihat dari kamar tidur/kantornya, semuanya serba rapi, tertib dan terpola (keculai kalau punya asisten/istri yang siap membereskan arisip-arsip yang berantakan).
Dan orang Melankolis ini susah sekali diyakinkan, perlu data-data otentik yang mendukung argumentasi kita. Dan secara ektrik dalam hal keuangan orang Melankolis cenderung (sory lho.. dalam titik extrim) pelit , tapi untuk mengenai hasil pekerjaan, Orang Melankolis jagonya. Sangat pandai mengorganisasi sesuatu.
Kepribadian Koleris (Koleris Kuat) :
Bakat orang Koleris yang Kuat untuk kepemimpinan yang cepat dan tajam sangat diperlukan dalam setiap tahap kehidupan pada zaman sekarang; tetapi kalau dibawa sampai titik esktrim, orang Koleris yang Kuat jadi sok berkuasa, mendominasi, dan manipulatif. Setiap pemimpin mempunyai sifat ini, tegas, lugas, dan salah satu untuk mengenai ciri-ciri kepribadian ini adalah selalu ingin di depan tidak mau kalah dengan orang lain. Secara extrim, orang dengan kepribadian ini menjadi orang yang diktaktor, selalu tampul dominan dan tidak mau dibawah orang lain, penginnya sellau diatas dalam segala hal. Orang dengan kepribadian Koleris sangat mahir Untuk urusan mengorganisir banyak orang dengan sifatnya yang tegas.
Kepribadian Phlegmatis (Phlegmatis yang Damai) :
Sifat orang Phlegmatis Damai yang mudah bergaul merupakan perpaduan yang mengagumkan dan menjadikannya orang yang paling disukai dalam kelompok mana saja; namun kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, orang Phlegmatis yang Damai tidak peduli melakukan apa pun, masa bodoh, dan tidak punya kepastian.
Ciri-cirinya yang mudah dilihat adalah tidak mempunyai sikap yang jelas dalam mengambil keputusan, tidak mau secara tegas memihak sesuatu yang belum diketahuinya, cenderung damai dan tidak mau berkonfrontasi secara langsung dengan orang lain. Terkadang orang Phlegmatis memang harus didikte untuk mengerjakan sesuatu (secara extrim), biasanya orang phlegmatis kurang mahir untuk urusan-urusan yang detail, seperti yang paling sederhana merapikan kamarnya , tetapi seorang Phlegmatis bisa menjadi pe-loby yang ulung dan bisa diandalkan untuk urusan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, karena sifatnya yang kalem dan tenang.
Kepribadian Campuran dari Kepribadian Dasar
Keempat tipe kepribadian tersebut, menurut Littauer, juga bisa bercampur dalam diri seseorang.
Littauer membedakannya menjadi empat: campuran alami, campuran pelengkap, campuran yang berlawanan, dan sedikit-sedikit dari segalanya.
Campuran alami adalah Sanguinis Koleris dan Melankolis Phlegmatis.
Campuran pelengkap yang berorientasi hubungan adalah Sanguinis Phlegmatis
Campuran pelengkap yang berorientasi tujuan adalah Koleris Melankolis
Campuran berlawanan dianggap sebagai pertikaian batin yaitu :
Sanguinis Melankolis dan Koleris Phlegmatis.
Sedangkan yang mempunyai sedikit dari segalanya, dengan asumsi sudah mengikuti tes kepribadian dengan benar, dianggap mungkin Phlegmatis, mungkin orang sempurna, atau mungkin orang yang masa kecilnya terlalu diarahkan, dikontrol, dan ditindas sehingga tidak mengenali diri sendiri.
Kenali diri kita sendiri sebelum mengenali orang lain. Anda masuk kepribdian yang mana?
Nb: Lebih lengkapnya coba baca bukunya Florence Littauer yang berjudul “Personality Plus“, hehehe ..banyak kok bukunya di gramedia ato semua toko2 buku.....
gOd Bless you :-)
Untuk mempermudah membedakan orang dari sifat dan karakternya ada salah satu referensi buku yang menarik di tulis oleh Florence Littauer yang berjudul “Personality Plus“. Membawakan topik klasik psikologi, yang konon sudah ditetapkan Hippocrates 2400 tahun yang lalu, yaitu empat kepribadian: Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Phlegmatis. Kita lihat satu persatu keempat sifat dasar yang dikemukakan Florence Littauer dalam bukunya “Personality Plus” sebagai berikut :
Kepribadian Sanguins (Sanguins yang Populer)
Kemampuan orang Sanguinis yang Populer untuk melangsungkan percakapan yang mengasyikkan apakah mengenai sesuatu merupakan segi plus yang membuat iri hati orang lain; tetapi kalau dibawa sampai ke ujung yang ekstrim orang Sanguinis yang Populer bicara terus-menerus, memonopoli, menyela, dan menyimpang terlalu jauh dari kebenaran.
Bergaul dengan orang sanguin ini sebenarnya menyenangkan, jika dia bercerita dia bisa menggambarkan sesuatu dengan baik, sehingga pikiran kita diajak untuk merangkai katanya-katanya seperti sebuah film di kepala kita, saking bagusnya penggambaran ceritanya.
Contohnya :
Jika dia butuh sumbangan dana dari kita, sms yang dikirim ke kita adalah “Masukkan Pundi-pundi amal anda ke rekening bla..bla..bla..
Kepribadian Melankolis (Melankolis yang Sempurna) :
Pemikiran analitis yang mendalam dari orang Melankolis yang Sempurna merupakan ciri khas yang jenius, banyak dihormati oleh mereka yang pikirannya lebih dangkal, walaupun demikian kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, dia jadi menyebabkan kemurungan dan menekan perasaan.
Kadangkala bergaul dengan orang melankolis menimbulkan kebosanan dalam diri kita, semuanya serba teratur dan teliti, segala sesuatu dikerjakan dengan langkah-langkah yang jelas dan terstruktur. Kalau lama dalam proses pengerjaan bukan karena malas tetapi karena hasilnya harus sempurna. Ciri-ciri kalau kita bertemu dengan orang Melankolis ini biasanya dilihat dari kamar tidur/kantornya, semuanya serba rapi, tertib dan terpola (keculai kalau punya asisten/istri yang siap membereskan arisip-arsip yang berantakan).
Dan orang Melankolis ini susah sekali diyakinkan, perlu data-data otentik yang mendukung argumentasi kita. Dan secara ektrik dalam hal keuangan orang Melankolis cenderung (sory lho.. dalam titik extrim) pelit , tapi untuk mengenai hasil pekerjaan, Orang Melankolis jagonya. Sangat pandai mengorganisasi sesuatu.
Kepribadian Koleris (Koleris Kuat) :
Bakat orang Koleris yang Kuat untuk kepemimpinan yang cepat dan tajam sangat diperlukan dalam setiap tahap kehidupan pada zaman sekarang; tetapi kalau dibawa sampai titik esktrim, orang Koleris yang Kuat jadi sok berkuasa, mendominasi, dan manipulatif. Setiap pemimpin mempunyai sifat ini, tegas, lugas, dan salah satu untuk mengenai ciri-ciri kepribadian ini adalah selalu ingin di depan tidak mau kalah dengan orang lain. Secara extrim, orang dengan kepribadian ini menjadi orang yang diktaktor, selalu tampul dominan dan tidak mau dibawah orang lain, penginnya sellau diatas dalam segala hal. Orang dengan kepribadian Koleris sangat mahir Untuk urusan mengorganisir banyak orang dengan sifatnya yang tegas.
Kepribadian Phlegmatis (Phlegmatis yang Damai) :
Sifat orang Phlegmatis Damai yang mudah bergaul merupakan perpaduan yang mengagumkan dan menjadikannya orang yang paling disukai dalam kelompok mana saja; namun kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, orang Phlegmatis yang Damai tidak peduli melakukan apa pun, masa bodoh, dan tidak punya kepastian.
Ciri-cirinya yang mudah dilihat adalah tidak mempunyai sikap yang jelas dalam mengambil keputusan, tidak mau secara tegas memihak sesuatu yang belum diketahuinya, cenderung damai dan tidak mau berkonfrontasi secara langsung dengan orang lain. Terkadang orang Phlegmatis memang harus didikte untuk mengerjakan sesuatu (secara extrim), biasanya orang phlegmatis kurang mahir untuk urusan-urusan yang detail, seperti yang paling sederhana merapikan kamarnya , tetapi seorang Phlegmatis bisa menjadi pe-loby yang ulung dan bisa diandalkan untuk urusan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, karena sifatnya yang kalem dan tenang.
Kepribadian Campuran dari Kepribadian Dasar
Keempat tipe kepribadian tersebut, menurut Littauer, juga bisa bercampur dalam diri seseorang.
Littauer membedakannya menjadi empat: campuran alami, campuran pelengkap, campuran yang berlawanan, dan sedikit-sedikit dari segalanya.
Campuran alami adalah Sanguinis Koleris dan Melankolis Phlegmatis.
Campuran pelengkap yang berorientasi hubungan adalah Sanguinis Phlegmatis
Campuran pelengkap yang berorientasi tujuan adalah Koleris Melankolis
Campuran berlawanan dianggap sebagai pertikaian batin yaitu :
Sanguinis Melankolis dan Koleris Phlegmatis.
Sedangkan yang mempunyai sedikit dari segalanya, dengan asumsi sudah mengikuti tes kepribadian dengan benar, dianggap mungkin Phlegmatis, mungkin orang sempurna, atau mungkin orang yang masa kecilnya terlalu diarahkan, dikontrol, dan ditindas sehingga tidak mengenali diri sendiri.
Kenali diri kita sendiri sebelum mengenali orang lain. Anda masuk kepribdian yang mana?
Nb: Lebih lengkapnya coba baca bukunya Florence Littauer yang berjudul “Personality Plus“, hehehe ..banyak kok bukunya di gramedia ato semua toko2 buku.....
Rere |
::Bersyukur :::
Sabby calm |
Ada pepatah Cina kuno mengatakan:
dengan MELIHAT, aku TAHU
dengan MENDENGAR, aku MENGERTI
dengan MENJALANI, aku PAHAM
Selalu bersyukur akan membuat kita bahagia.
Beberapa cerita berikut ini menggambarkannya...
Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya, "Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?" Si sopir menjawab,
"Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?".Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak
selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan".
Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.
Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.
Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.
Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.
Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi,
betapapun banyaknya harta yang kita miliki kita tak pernah menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya". Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.
Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi." Ini perwujudan rasa syukur.
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak.
Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria karena masih bisa mempergunakan tangannya. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai mengucap syukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah adanya kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, "Lulu, Lulu."
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu." Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel yang lain ia terkejut ada melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu."...
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, "Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga."
Sungguh temanku, rasa syukur itu memang sangat luuaar biasa dan teramat sangat membahagiakan hati !
Salam.
kailvyog@yahoo.com or rere_donbosco@yahoo.com
::KUDU INGAT :::
CAYOOO : rere |
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali
Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu...
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Hari ini Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa...
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.
Hari ini Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk...
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya.
Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu...
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup...
Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu...
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat
Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu.
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi
dirinya tidak bisa
Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena
pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan dan tidak punya
rumah
Hari ini Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah berkendara..
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki
Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu. ..
Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda...
Hari ini Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,
Kita semua menjawab kepada Tuhan...
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,
Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup
by andi nerry sabrina renata putri::.
:: Semangat terus Dunia Belum berakhir ::
Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di
dalam perdagangan, kegagalan dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah,
kegagalan dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang besar
yang terlihat bergelimang kesuksesan sekalipun pasti pernah mengalami
kegagalan di dalam hidup mereka.
Douglas McArthur mengatakan, ”There is no security in this earth, there is only opportunity”. Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu hal yang pasti akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa mobil kita tidak akan mogok ketika akan digunakan besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan segera sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.
Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang telah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada saat Edison mencoba untuk menemukan lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari bahan dasar kawat pijar yang dapat digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus mencoba meraih apa yang ia harapkan.
Oleh karena itu, kita hanya dapat memanfaatkan peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin kita ambil, kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita pilih untuk dilaksanakan.
Tetapi ada beberapa kesempatan yang hanya datang sekali menghampiri kita. Seperti kesempatan untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi kesempatan semacam ini, kita haruslah bertindak maksimal dengan penuh perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah dapat memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan seperti inilah yang akan membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang telah kita perbuat. Sehingga kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus merasakan dampak dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita menelusuri penyebab kegagalan, maka kita dapat menggolongkan penyebab tersebut dalam dua golongan besar, yakni kegagalan karena faktor internal dan kegagalan karena faktor eksternal.
Kegagalan karena faktor internal adalah kegagalan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab kegagalan ini, seperti kurang perhitungan pada saat awal melangkah, kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu, atau karena menganggap remeh suatu pekerjaan tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling sering terjadi adalah rasa takut untuk mencoba atau memulai sesuatu kesempatan. Dengan menghindari peluang atau kesempatan bukan berarti kita telah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan tetapi kita justru telah menetapkan kegagalan tersebut sebagai pilihan kita.
Kegagalan internal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami penyesalan dan kekecewaan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengetahui bahwa kegagalan yang ia alami adalah buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa sangat menyesal atas kegagalan yang ia hadapi.
Sementara kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, misalnya gangguan orang lain, kemampuan orang lain yang lebih baik dari kemampuan kita, kecurangan orang lain, atau nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita. Biasanya seseorang akan lebih mampu menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan dapat menghadapi kekecewaan yang ada.
Sedikit saya berikan penjelasan di sini mengenai ”nasib gagal” yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan ”menghukum” seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut telah melaksanakan kesempatannya dengan maksimal, tetapi masih tetap mengalami kegagalan di akhir usahanya. Terkadang manusia tidak tahu mengenai dampak yang akan ia dapatkan dari suatu kesuksesan yang akan ia peroleh. Padahal bisa jadi kesuksesan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan merusak rumah tangganya, atau akan mengganggu kesehatannya. Sehingga Tuhan memberikan kegagalan sebagai hasil terbaik untuk diri manusia tersebut.
Kunci utama dalam menghadapi kegagalan adalah berjiwa besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang telah ia perbuat. Tetapi kebanyakan orang biasanya lebih senang untuk mencari alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang seperti ini tidak akan pernah bisa belajar dari kegagalan yang ia alami.
Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kemampuan untuk menghadapi permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dikenal sebagai Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak berkembang di masa kecil seseorang, di masa orang tua sangat berperan dalam hal memupuk dan mengembangkan kemampuan AQ anak. Tetapi bukan berarti seseorang yang memiliki kemampuan AQ yang kurang baik tidak akan dapat menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami sekaligus meningkatkan kemampuan AQ yang ia miliki.
Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan pada saat kita menghadapi kegagalan:
1. Pasrah kepada Tuhan
”Segala hasil dari perbuatan, tindakan dan usaha yang kita lakukan, adalah merupakan Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.” Jika kita dapat memahami dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi suatu kegagalan.
Kemampuan seseorang untuk berserah diri kepada nasib ini juga akan sangat membantu dalam menanggulangi efek buruk yang mungkin timbul akibat kegagalan.
Suatu kegagalan yang tidak dapat dilalui dengan baik akan membekas di dalam pikiran bawah sadar seseorang. Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan menimbang-nimbang setiap masukan informasi dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada hubungannya dengan kejadian yang sama di masa lalu. Jika tanggapan pikiran bawah sadar adalah negatif, maka pikiran bawah sadar akan mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran sadar, dan selanjutnya pikiran sadar tanpa dapat dikontrol akan melakukan reaksi emosional, berupa marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.
Apabila seseorang dapat melepaskan atau release kegagalan yang ia alami kepada nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya sebagai sesuatu yang negatif.
2. Ambil Hikmah
”Pengalaman adalah guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan.” Hal ini mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita harus tetap berpikiran positif, dan harus dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Kita harus sadar bahwa risiko dari semua tindakan yang kita lakukan adalah sukses atau gagal.
Walaupun banyak pelajaran yang dapat diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut kepada orang lain. Hal inilah yang harus dapat kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan kepada orang lain, kita tidak akan pernah dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3. Istirahat
Tiap kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengganggu aktivitas yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak ketika mengalami kegagalan. Istirahat ini akan memberikan waktu pada diri kita untuk dapat menghindari efek emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu istirahat yang dibutuhkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita hanya cukup untuk berwudu dan melakukan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika sebuah kegagalan besar, mungkin istirahat yang dibutuhkan berupa liburan dan rekreasi.
4. Bertanya dan Evaluasi
Apabila pikiran kita telah kembali jernih, maka kita harus dapat mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang dapat kita lakukan, dapat dengan merenung sendiri, atau bertanya kepada teman, orang tua, guru, atau bahkan kepada rival kita.
Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didapi, maka kita dapat menyusun sebuah peta kekuatan baru mengenai kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, guna memulai sebuah kesempatan baru.
5. Memulai kegiatan baru
Memulai suatu kegiatan baru, merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak larut di dalam kegagalan.
Pada saat memulai suatu kesempatan baru, kita haruslah benar-benar siap untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan. Tetapi kita juga harus menyadari dari awal, seluruh kegiatan yang kita mulai dapat berakhir pada kesuksesan ataupun kegagalan.
Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan baru yang kita miliki.
Ada dua kesempatan yang dapat kita lakukan. Pertama adalah tujuan baru dengan cara lama atau tujuan lama dengan cara baru. Kedua, tujuan baru dengan cara yang baru
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
::SEMANGAT:: |
Douglas McArthur mengatakan, ”There is no security in this earth, there is only opportunity”. Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu hal yang pasti akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa mobil kita tidak akan mogok ketika akan digunakan besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan segera sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.
Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang telah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada saat Edison mencoba untuk menemukan lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari bahan dasar kawat pijar yang dapat digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus mencoba meraih apa yang ia harapkan.
Oleh karena itu, kita hanya dapat memanfaatkan peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin kita ambil, kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita pilih untuk dilaksanakan.
Tetapi ada beberapa kesempatan yang hanya datang sekali menghampiri kita. Seperti kesempatan untuk membesarkan dan mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi kesempatan semacam ini, kita haruslah bertindak maksimal dengan penuh perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah dapat memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan seperti inilah yang akan membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang telah kita perbuat. Sehingga kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus merasakan dampak dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita menelusuri penyebab kegagalan, maka kita dapat menggolongkan penyebab tersebut dalam dua golongan besar, yakni kegagalan karena faktor internal dan kegagalan karena faktor eksternal.
Kegagalan karena faktor internal adalah kegagalan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab kegagalan ini, seperti kurang perhitungan pada saat awal melangkah, kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu, atau karena menganggap remeh suatu pekerjaan tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling sering terjadi adalah rasa takut untuk mencoba atau memulai sesuatu kesempatan. Dengan menghindari peluang atau kesempatan bukan berarti kita telah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan tetapi kita justru telah menetapkan kegagalan tersebut sebagai pilihan kita.
Kegagalan internal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami penyesalan dan kekecewaan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengetahui bahwa kegagalan yang ia alami adalah buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa sangat menyesal atas kegagalan yang ia hadapi.
Sementara kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, misalnya gangguan orang lain, kemampuan orang lain yang lebih baik dari kemampuan kita, kecurangan orang lain, atau nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita. Biasanya seseorang akan lebih mampu menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan dapat menghadapi kekecewaan yang ada.
Sedikit saya berikan penjelasan di sini mengenai ”nasib gagal” yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan ”menghukum” seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut telah melaksanakan kesempatannya dengan maksimal, tetapi masih tetap mengalami kegagalan di akhir usahanya. Terkadang manusia tidak tahu mengenai dampak yang akan ia dapatkan dari suatu kesuksesan yang akan ia peroleh. Padahal bisa jadi kesuksesan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan merusak rumah tangganya, atau akan mengganggu kesehatannya. Sehingga Tuhan memberikan kegagalan sebagai hasil terbaik untuk diri manusia tersebut.
Kunci utama dalam menghadapi kegagalan adalah berjiwa besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang telah ia perbuat. Tetapi kebanyakan orang biasanya lebih senang untuk mencari alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang seperti ini tidak akan pernah bisa belajar dari kegagalan yang ia alami.
Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kemampuan untuk menghadapi permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dikenal sebagai Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak berkembang di masa kecil seseorang, di masa orang tua sangat berperan dalam hal memupuk dan mengembangkan kemampuan AQ anak. Tetapi bukan berarti seseorang yang memiliki kemampuan AQ yang kurang baik tidak akan dapat menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami sekaligus meningkatkan kemampuan AQ yang ia miliki.
Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan pada saat kita menghadapi kegagalan:
1. Pasrah kepada Tuhan
”Segala hasil dari perbuatan, tindakan dan usaha yang kita lakukan, adalah merupakan Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.” Jika kita dapat memahami dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi suatu kegagalan.
Kemampuan seseorang untuk berserah diri kepada nasib ini juga akan sangat membantu dalam menanggulangi efek buruk yang mungkin timbul akibat kegagalan.
Suatu kegagalan yang tidak dapat dilalui dengan baik akan membekas di dalam pikiran bawah sadar seseorang. Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan menimbang-nimbang setiap masukan informasi dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada hubungannya dengan kejadian yang sama di masa lalu. Jika tanggapan pikiran bawah sadar adalah negatif, maka pikiran bawah sadar akan mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran sadar, dan selanjutnya pikiran sadar tanpa dapat dikontrol akan melakukan reaksi emosional, berupa marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.
Apabila seseorang dapat melepaskan atau release kegagalan yang ia alami kepada nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya sebagai sesuatu yang negatif.
2. Ambil Hikmah
”Pengalaman adalah guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan.” Hal ini mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita harus tetap berpikiran positif, dan harus dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Kita harus sadar bahwa risiko dari semua tindakan yang kita lakukan adalah sukses atau gagal.
Walaupun banyak pelajaran yang dapat diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut kepada orang lain. Hal inilah yang harus dapat kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan kepada orang lain, kita tidak akan pernah dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3. Istirahat
Tiap kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengganggu aktivitas yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak ketika mengalami kegagalan. Istirahat ini akan memberikan waktu pada diri kita untuk dapat menghindari efek emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu istirahat yang dibutuhkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita hanya cukup untuk berwudu dan melakukan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika sebuah kegagalan besar, mungkin istirahat yang dibutuhkan berupa liburan dan rekreasi.
4. Bertanya dan Evaluasi
Apabila pikiran kita telah kembali jernih, maka kita harus dapat mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang dapat kita lakukan, dapat dengan merenung sendiri, atau bertanya kepada teman, orang tua, guru, atau bahkan kepada rival kita.
Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didapi, maka kita dapat menyusun sebuah peta kekuatan baru mengenai kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, guna memulai sebuah kesempatan baru.
5. Memulai kegiatan baru
Memulai suatu kegiatan baru, merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak larut di dalam kegagalan.
Pada saat memulai suatu kesempatan baru, kita haruslah benar-benar siap untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan. Tetapi kita juga harus menyadari dari awal, seluruh kegiatan yang kita mulai dapat berakhir pada kesuksesan ataupun kegagalan.
Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan baru yang kita miliki.
Ada dua kesempatan yang dapat kita lakukan. Pertama adalah tujuan baru dengan cara lama atau tujuan lama dengan cara baru. Kedua, tujuan baru dengan cara yang baru
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
::: PDKtT itu Pelu loch :::
PDKT ITU PErlu By Rere |
temen-temen pada punya pertimbangan dalam nerusin hubungan mereka, tapi
sayangnya semua itu seringnya baru terjadi setelah pacaran berjalan
lamaaa… sekali. Kalo akhirnya putus, kan jadinya banyak banget korban
yang berjatuhan, hati yang terluka, kaki yang tersandung, alias bikin
orang mundur dari Tuhan. Sebenernya itu semua bisa diminimalkan kalo aja
kita bisa mendeteksi semua itu sebelum kita jalan serius sama doi.
I. Jangan buru-buru eksklusif!!Kalau belum yakin bener, dan belum yakin sama tuntunan Tuhan, apakah doi bener pasangan yang tepat buat Kalian, maka sebaiknya Kalian jangan eksklusif dulu, alias berduaa… terus kayak perangko. Gaul aja dulu banyakan, rame-rame. Dijamin kita bisa dapat lebih banyak informasi rahasia di situ.
Keuntungan kalau kita bergaul rame-rame dulu:ak akan sejaim kalau berduaan. Jadi dari situ kita bisa lebih ngelihat kepribadian doi yang lebih asli. Apa doi orang yang jorok, tukang ngambek, tukang copet, dsb.
Temen-temen juga akan kasih informasi tentang doi lebih banyak tanpa sungkan-sungkan sama kita. Kalo belum apa-apa kita udah berduaan, maka biasanya mereka jadi nggak enak buat ngomong apa adanya tentang doi.
Kerugian kalo belum apa-apa udah berduaan:
kalo tahunya nggak cocok dan bubaran, kita udah ngorbanin friendship kita hanya untuk sesuatu yang konyol. Mau main rame-rame lagi juga jadi kagok.
Kita bisa jadi batu sandungan, anak Tuhan kok kesannya suka mainin orang alias gonta-ganti pasangan terus.
II. Jangan salah pasang antene kita!!Ingat perasaan cinta akan luntdicari cuma asyik-asyiknya doang, dan jangan sampai cinta itu buta sebelum waktunya, tapi justru mata kita perlu perlu terbuka untuk perhatiin:
KepribadianIni hal yang paling penting, paling menentukan hari depan seseorang. Dari cara dia bergaul kita harus bisa lihat, apa dia itu:
- Mau menang sendiri?
- Bisa menghargai orang lain?
- Kalo marah dia seperti apa?
KeluargaApa yang ada di keluarga kita biasanya akan mewarnai kepribadian kita, dan akan terbawa dalam tang kedua kali! Masalah yang sering muncul dalam ngejalanin hubungan ini adalah bahwa kita sendiri sering nggak sadar keluarga masa depan kita:
- Broken home?
- Hubungannya akrab atau penuh masalah?
Life Style
- Maunya serba mewah atau bisa diajak sederhana? Bisa dilihat dari tempat-tempat makannya
.-Tipe pekerja atau tipe penghabis uang? Bisa dilihat dari sikapnya dalam menghargai uang yang dia punya.
Tujuan dalam hidupnya
- Punya pendirian atau gampang terbawa arus?
- Punya tujuan hidup yang jelas atau ngambang?
- Punya kemauan untuk mencapainya atau mudah menyerah?
Dari sini kita bisa lihat apa dia orang yang tepat untuk menemani perjuangan kita meraih hari esok. Bisa hari Selasa atau Rabu atau Kamis, tergantung kapan kita baca hal ini, hehehe...
III. Nggak ada orang sempurna!!Kalo Kalian cari orang yang sempurna dalam segala bidang, maka siap-siap aja untuk nggak akan menemukannya bahkan sampai ALLAH,swt dan bahwa sebenarnya kita yang nggak dewasa.
Ciri-ciri orang yang nggak dewasa:a. Nuntuuut… terus.b. Nggak pernah ngerasa salah.c. Mudah marah.
Jalan keluar: evaluasi diri dan bertumbuh dalam Tuhan supaya bisa berubah. Sebenernya terlibat dalam pelayanan, kalau sungguh-sungguh dijalanin, pasti bakal kasih kita karakter yang bagus banget untuk membantu kita dalam membangun hubungan dengan siapa aja. artikel didapat ada ajah dehhh... mau tahuu...wkwkw please call me 00000078908
Itulah
perlunya PDKT alias pendekatan. Di Al-Quan memang nggak ada sih yang
jelas-jelas cerita tentang PDKT. Dalam menjalani hidup ini, Tuhan mau
kita peka mengikuti tuntunan Tuhan, dan itu juga berarti kita mau
memakai hikmat kita, alias mikir sesuai prinsip-prinsip Firman Tuhan.
Tuhan nggak mau kita terlalu “ngeroh” yang nggak karu-karuan,
sampai-sampai begitu ada orang yang jatuh dari atas, tepat di depan
kita,kurun dalam
waktu beberapa bulan saja, kalau tidak ditunjang dengan hal-hal di
bawah ini. Jadi jangan yang aktu
rame-rame biasanya doi ngglangsung kita bilang “ini dia jodoh yang dikirim Tuhan khusus
untukku”. Cek dulu baik-baik, jangan-jangan itu film Mr.Bean yang baru
mau mulai! Bagaimana kita bisa mempelajari lebih jauh tentang doi
sebelum kita bilang
“I do” untuk lebih serius sama dia?
I. Jangan buru-buru eksklusif!!Kalau belum yakin bener, dan belum yakin sama tuntunan Tuhan, apakah doi bener pasangan yang tepat buat Kalian, maka sebaiknya Kalian jangan eksklusif dulu, alias berduaa… terus kayak perangko. Gaul aja dulu banyakan, rame-rame. Dijamin kita bisa dapat lebih banyak informasi rahasia di situ.
Keuntungan kalau kita bergaul rame-rame dulu:ak akan sejaim kalau berduaan. Jadi dari situ kita bisa lebih ngelihat kepribadian doi yang lebih asli. Apa doi orang yang jorok, tukang ngambek, tukang copet, dsb.
Temen-temen juga akan kasih informasi tentang doi lebih banyak tanpa sungkan-sungkan sama kita. Kalo belum apa-apa kita udah berduaan, maka biasanya mereka jadi nggak enak buat ngomong apa adanya tentang doi.
Kerugian kalo belum apa-apa udah berduaan:
kalo tahunya nggak cocok dan bubaran, kita udah ngorbanin friendship kita hanya untuk sesuatu yang konyol. Mau main rame-rame lagi juga jadi kagok.
Kita bisa jadi batu sandungan, anak Tuhan kok kesannya suka mainin orang alias gonta-ganti pasangan terus.
II. Jangan salah pasang antene kita!!Ingat perasaan cinta akan luntdicari cuma asyik-asyiknya doang, dan jangan sampai cinta itu buta sebelum waktunya, tapi justru mata kita perlu perlu terbuka untuk perhatiin:
KepribadianIni hal yang paling penting, paling menentukan hari depan seseorang. Dari cara dia bergaul kita harus bisa lihat, apa dia itu:
- Mau menang sendiri?
- Bisa menghargai orang lain?
- Kalo marah dia seperti apa?
KeluargaApa yang ada di keluarga kita biasanya akan mewarnai kepribadian kita, dan akan terbawa dalam tang kedua kali! Masalah yang sering muncul dalam ngejalanin hubungan ini adalah bahwa kita sendiri sering nggak sadar keluarga masa depan kita:
- Broken home?
- Hubungannya akrab atau penuh masalah?
Life Style
- Maunya serba mewah atau bisa diajak sederhana? Bisa dilihat dari tempat-tempat makannya
.-Tipe pekerja atau tipe penghabis uang? Bisa dilihat dari sikapnya dalam menghargai uang yang dia punya.
Tujuan dalam hidupnya
- Punya pendirian atau gampang terbawa arus?
- Punya tujuan hidup yang jelas atau ngambang?
- Punya kemauan untuk mencapainya atau mudah menyerah?
Dari sini kita bisa lihat apa dia orang yang tepat untuk menemani perjuangan kita meraih hari esok. Bisa hari Selasa atau Rabu atau Kamis, tergantung kapan kita baca hal ini, hehehe...
III. Nggak ada orang sempurna!!Kalo Kalian cari orang yang sempurna dalam segala bidang, maka siap-siap aja untuk nggak akan menemukannya bahkan sampai ALLAH,swt dan bahwa sebenarnya kita yang nggak dewasa.
Ciri-ciri orang yang nggak dewasa:a. Nuntuuut… terus.b. Nggak pernah ngerasa salah.c. Mudah marah.
Jalan keluar: evaluasi diri dan bertumbuh dalam Tuhan supaya bisa berubah. Sebenernya terlibat dalam pelayanan, kalau sungguh-sungguh dijalanin, pasti bakal kasih kita karakter yang bagus banget untuk membantu kita dalam membangun hubungan dengan siapa aja. artikel didapat ada ajah dehhh... mau tahuu...wkwkw please call me 00000078908
Selasa, 10 Mei 2011
::Cinta..tak pernah habis waktu untuk memikirkanmu:::
Kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku, semua hal yang terjadi
melintas difikiranku. Emang benar, saat memikirkan seseorang yang kita
cintai, tak kan pernah habis waktu untuk itu. Hal itu juga membuat kita
bisa kembali bersamangat dalam menjalani hidup.
Menikmati hari-hari yang terasa penuh dengan beraneka warna.
Cinta….sungguh anugrah yang terindah yang diberikan Sang Pecipta pada makhluknya, tanpa cinta tak akan ada kedamaian didalam dunia.
Seperti hidupku kini, kehadiran cinta mengubah segala hal dalam hidup, lebih menghargai untuk apa dan mengapa kita hidup. Kedatangannya membuatku takkan berhenti mensyukuri nikmat Tuhan dan ingin hidup seribu tahun lagi.
Cinta..kata-katanya memberikan arti yang sangat dalam bagi insan yang sedang mengalaminya, jatuh cinta seolah menjadikan dua insan berbeda bersatu dalam naungannya. Begitu besarnya arti cinta membuat orang-orang enggan untuk berpaling darinnya.
Tapi lain halnya jika seseorang sedang berduka dengan berakhirnya hubungan ikatan cinta, memikirkan setiap kenangan merupakan hal yang sangat menyakitkan buatnya. Seolah hati teriris-iris sembilu. Ingin rasanya jiwa lepas dari raga, hanya untuk sekedar melepaskan semua kenangan yang tirtinggal saat bersamanya.
Menikmati hari-hari yang terasa penuh dengan beraneka warna.
Cinta….sungguh anugrah yang terindah yang diberikan Sang Pecipta pada makhluknya, tanpa cinta tak akan ada kedamaian didalam dunia.
Seperti hidupku kini, kehadiran cinta mengubah segala hal dalam hidup, lebih menghargai untuk apa dan mengapa kita hidup. Kedatangannya membuatku takkan berhenti mensyukuri nikmat Tuhan dan ingin hidup seribu tahun lagi.
Cinta..kata-katanya memberikan arti yang sangat dalam bagi insan yang sedang mengalaminya, jatuh cinta seolah menjadikan dua insan berbeda bersatu dalam naungannya. Begitu besarnya arti cinta membuat orang-orang enggan untuk berpaling darinnya.
Tapi lain halnya jika seseorang sedang berduka dengan berakhirnya hubungan ikatan cinta, memikirkan setiap kenangan merupakan hal yang sangat menyakitkan buatnya. Seolah hati teriris-iris sembilu. Ingin rasanya jiwa lepas dari raga, hanya untuk sekedar melepaskan semua kenangan yang tirtinggal saat bersamanya.
Menghapus semua kenangan yang indah bukanlah hal yang mudah, apalagi
kenangan itu sangat berkesan bersama orang yang kita cintai, tapi dengan
memikirkannya membuat sakit didalam hati. Setiap orang yang sedang
putus cinta, pasti merasakan hal yang sama. Kepergian sang kekasih
menoreh luka dalam yang terkadang perlu waktu lama untuk mengobatinya.
::: Cinta dunia maya :::
udah lama ketika terakhir kali aku membaca sebuah tulisan tentang cinta dunia maya
cinta yang hadir antara dua orang yang hanya bertemu dengan barisan kata-kata chatting
bertemu dengan sebuah gambar yang kadang kita tak tau kebenarannya
cinta yang bisa hadir dengan sebuah rasa kepercayaan yang begitu besar
kepercayaan yang mengalahkan rasa takut, kebohongan bahkan mungkin kejahatan
kepercayaan yang mengalahkan logika
tapi ya mungkin itu yang disebut dengan “CINTA”
tak ada yang bisa mendefinikan itu secara general untuk bisa diterima oleh banyak pihak
setiap orang punya cara dan definisi sendiri apa itu cinta
dari pada bingung maka produser film pun memutuskan membuat judul LOVE is CINTA
dan itu yang terjadi pada seorang temanku
dan aku sendiri hampir sangat tidak percaya
tak hanya sebuah cerita yang kubaca tentang cinta dunia maya ini
kini aku bisa mewawancarai secara langsung si pelaku
cintanya mengalir ketika dipertemukan dalam sebuah komunitas forum
dalam forum itu yang pasti memang tidak sembarang orang bisa tergabung
setidaknya ini sudah menjadi sebuah batasan bahwa sang pria ini adalah pria terpercaya
dari komentar-komentar yang dikemukakan, akan bisa terbaca kecerdasan dan cara berfikir orang tersebut
dan itulah cukup dengan komunikasi yang konsisten..
cukup bisa membuat dua anak manusia ini saling memberi dan menerima
bersinergi …
meskipun dalam akhir ceritanya.. tidak berakhir dalam sebuah kebahagiaan…
tapi yang pasti aku percaya bahwa cinta bisa tumbuh dari mana saja..
entah itu dari bibit “pandangan pertama” dari sebuah perjumpaan yang mengesankan
jatuh cinta pada kekuatan mata…saat saling bertatapan langsung
atau menatap sebuah lukisan mata yang tak bergerak… tanpa arti komunikasi
bahkan cinta bisa tumbuh hanya dari sebuah testimonial positif yang terus didengar oleh telinga
mungkin cinta pada “pendengaran pertama”
atau interaksi huruf yang menyenangkan… susunan kata-kata yang indah.. emocticon yang membuat otak kemudian menyusun sendiri.. membangun sendiri sosok orang yang ada disebrang sana
yang pasti semua itu Jalan yang berbeda-beda yang ditunjukkan oleh ALLAH
untuk setiap insan.. menemukan pasangan hidupnya.
yang pasti cinta tak pernah salah… mungkin belum tepat waktunya
pasti akan indah pasa waktunya.. meskipun dalam dunia maya..
cinta yang hadir antara dua orang yang hanya bertemu dengan barisan kata-kata chatting
bertemu dengan sebuah gambar yang kadang kita tak tau kebenarannya
cinta yang bisa hadir dengan sebuah rasa kepercayaan yang begitu besar
kepercayaan yang mengalahkan rasa takut, kebohongan bahkan mungkin kejahatan
kepercayaan yang mengalahkan logika
tapi ya mungkin itu yang disebut dengan “CINTA”
tak ada yang bisa mendefinikan itu secara general untuk bisa diterima oleh banyak pihak
setiap orang punya cara dan definisi sendiri apa itu cinta
dari pada bingung maka produser film pun memutuskan membuat judul LOVE is CINTA
dan itu yang terjadi pada seorang temanku
dan aku sendiri hampir sangat tidak percaya
tak hanya sebuah cerita yang kubaca tentang cinta dunia maya ini
kini aku bisa mewawancarai secara langsung si pelaku
cintanya mengalir ketika dipertemukan dalam sebuah komunitas forum
dalam forum itu yang pasti memang tidak sembarang orang bisa tergabung
setidaknya ini sudah menjadi sebuah batasan bahwa sang pria ini adalah pria terpercaya
dari komentar-komentar yang dikemukakan, akan bisa terbaca kecerdasan dan cara berfikir orang tersebut
dan itulah cukup dengan komunikasi yang konsisten..
cukup bisa membuat dua anak manusia ini saling memberi dan menerima
bersinergi …
meskipun dalam akhir ceritanya.. tidak berakhir dalam sebuah kebahagiaan…
tapi yang pasti aku percaya bahwa cinta bisa tumbuh dari mana saja..
entah itu dari bibit “pandangan pertama” dari sebuah perjumpaan yang mengesankan
jatuh cinta pada kekuatan mata…saat saling bertatapan langsung
atau menatap sebuah lukisan mata yang tak bergerak… tanpa arti komunikasi
bahkan cinta bisa tumbuh hanya dari sebuah testimonial positif yang terus didengar oleh telinga
mungkin cinta pada “pendengaran pertama”
atau interaksi huruf yang menyenangkan… susunan kata-kata yang indah.. emocticon yang membuat otak kemudian menyusun sendiri.. membangun sendiri sosok orang yang ada disebrang sana
yang pasti semua itu Jalan yang berbeda-beda yang ditunjukkan oleh ALLAH
untuk setiap insan.. menemukan pasangan hidupnya.
yang pasti cinta tak pernah salah… mungkin belum tepat waktunya
pasti akan indah pasa waktunya.. meskipun dalam dunia maya..
REre 11 may th2011 zOel
Senin, 09 Mei 2011
What Faith Can Do Lyrics
What Faith Can Do Lyrics: "Kutless What Faith Can Do lyrics in the It Is Well Album. These What Faith Can Do lyrics are performed by Kutless Get the music video and song lyrics here. Everybody falls sometimes Gotta find the strength to rise From the ashes And make a new beginning"
Selasa, 03 Mei 2011
WANITA
Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke 6.
Malaikat dtg dan bertanya,”Mengapa begitu lama, Tuhan?”
Tuhan menjawab: “Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?"
“ 2 Tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik.. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini ”
Malaikat itu takjub.
“Hanya dengan dua tangan?....impossible!“
lalu berkata ..“Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya“.
Tuhan mnjawab “Oh.. Tidak, SAYA akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini adalah ciptaan favorit SAYA.
Oya… Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bs bkerja 18 jam sehari”.
Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita-ciptaan TUHAN itu.
“Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?”
“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“ jawab Tuhan
“Dia bisa berpikir?”, tanya malaikat.
Tuhan menjawab:
“Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi."
Malaikat itu menyentuh dagunya....
“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.”
“Itu bukan lelah atau rapuh....itu air mata”, koreksi TUHAN
“Untuk apa?”, tanya malaikat
TUHAN melanjutkan:
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan.”
“Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN” kata malaikat.
“ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita- ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!"
"Ya mestii…!
Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.
Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Mampu berdiri melawan ketidakadilan.
Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.
Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.
Cintanya tanpa syarat.
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.
Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.
Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.
Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita: " Terkadang ia lupa betapa berharganya dirinya.."
Malaikat dtg dan bertanya,”Mengapa begitu lama, Tuhan?”
Tuhan menjawab: “Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?"
“ 2 Tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik.. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini ”
Malaikat itu takjub.
“Hanya dengan dua tangan?....impossible!“
lalu berkata ..“Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya“.
Tuhan mnjawab “Oh.. Tidak, SAYA akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini adalah ciptaan favorit SAYA.
Oya… Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bs bkerja 18 jam sehari”.
Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita-ciptaan TUHAN itu.
“Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?”
“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“ jawab Tuhan
“Dia bisa berpikir?”, tanya malaikat.
Tuhan menjawab:
“Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi."
Malaikat itu menyentuh dagunya....
“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.”
“Itu bukan lelah atau rapuh....itu air mata”, koreksi TUHAN
“Untuk apa?”, tanya malaikat
TUHAN melanjutkan:
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan.”
“Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN” kata malaikat.
“ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita- ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!"
"Ya mestii…!
Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.
Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Mampu berdiri melawan ketidakadilan.
Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.
Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.
Cintanya tanpa syarat.
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.
Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.
Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.
Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita: " Terkadang ia lupa betapa berharganya dirinya.."
Setiap orang berlari mengejar kesempatan,berjalan dengan sejuta harapan...dari sebuah tujuan ..
ada yg melakukannya dengan sejuta cara namun,ada pula yg tak punya cara..hampir setiap waktu kita mengemis dengan harapan untuk memperoleh kesempatan,harapan dan kesempatan bagaikan dua sahabat yg terus kita nantikan.
kini ketika ku tanya manakah yg beruntung antara sejuta orang yg menanti harapan atau kesempatan..mereka tak dapat menjawabnya...bagiku itu wajar kalimat sederhana ini ku tulis merangkai keluh kesahku mewakili isi hati kalian.
apa yg bisa hanya terjawab dalam hati..bagiku lebih baik menanti harapan dari pada kesempatan yg hanya menantikan harapan..tapi harapan selalu punya kesempatan...atau bahkan kesempatan yg membuat harapan...
lalu ibuku berkata jangan terlalu berharap pada sesuatu selain hanya pada ALLAH..pikiranku pun mulai kesah gusar tak menentu,haruskah ku menanti kesempatan sementara kesempatan selalu memberikan harapan...
ternyata manusia tak sadar dua kawan itu menyertai kita,tiap jalan hidup yang menjadi mistery..
mengapa,kita hanya canggung berdiri menanti kepastian sementara kita tak berjalan menghampiri dua kawan itu..karna harapan ,karna kesempatan tak datang dengan kelemahan.
ada yg melakukannya dengan sejuta cara namun,ada pula yg tak punya cara..hampir setiap waktu kita mengemis dengan harapan untuk memperoleh kesempatan,harapan dan kesempatan bagaikan dua sahabat yg terus kita nantikan.
kini ketika ku tanya manakah yg beruntung antara sejuta orang yg menanti harapan atau kesempatan..mereka tak dapat menjawabnya...bagiku itu wajar kalimat sederhana ini ku tulis merangkai keluh kesahku mewakili isi hati kalian.
apa yg bisa hanya terjawab dalam hati..bagiku lebih baik menanti harapan dari pada kesempatan yg hanya menantikan harapan..tapi harapan selalu punya kesempatan...atau bahkan kesempatan yg membuat harapan...
lalu ibuku berkata jangan terlalu berharap pada sesuatu selain hanya pada ALLAH..pikiranku pun mulai kesah gusar tak menentu,haruskah ku menanti kesempatan sementara kesempatan selalu memberikan harapan...
ternyata manusia tak sadar dua kawan itu menyertai kita,tiap jalan hidup yang menjadi mistery..
mengapa,kita hanya canggung berdiri menanti kepastian sementara kita tak berjalan menghampiri dua kawan itu..karna harapan ,karna kesempatan tak datang dengan kelemahan.
Penantian
Menantimu bukan satu hal yang mudah bagiku..
Menantimu butuh kesabaran berlipat dari batas sabarku yang sebenarnya..
Menantimu butuh ekstra kekuatan yang tak kenal kata patah..
Menantimu bagai bom waktu, yang akan siap meledak kapan dan di mana saja..
Menantimu sesungguhnya adalah boomerang yang siap menyambitku kapan dan di mana saja..
Melihatmu di hadapanku..
Memandangmu dengan setiap sudut pandanganku..
Menyaksikan setiap tingkah polahmu..
Membuatku bertanya2 "sebenarnya untuk apa aku menantimu?"
Benarkah kamu hidup dan matiku?
Benarkah kamu yang akan mengantarkan aku pada kebahagiaanku kelak?
Benarkah bahwa kamu pantas untuk aku perjuangkan?
Bisakah kamu menjawab semua pertanyaanku?
Karena bahkan sampai sekarang pun aku tak lelah menantimu, meskipun ku tahu kamu semakin menjauhkan aku dari mimpi yang masih tergenggam di tanganku ini..
Karena bahkan sampai detik ini, aku memungkiri letih yang tersampir di pundakku..
Karena bahkan sampai saat ini pun aku tak pernah merasa bahwa menantimu hanya akan membunuhku perlahan..
Karena aku yakin, menantimu ini, penantianku ini, satu saat nanti akan menjadi cerita yang manis untuk kita.
Tak peduli bagaimana akhirnya nanti...
Langganan:
Postingan (Atom)
Be My friend;s 4ever
By Me...About Me ^________^^^^
- I'm mostly here to post my art and keep in touch with people (and people kept pushing me to get one YOU KNOW WHO YOU ARE). Basically I'm the peace keeper in the group, the negotiator, the calm one who listens to people's problems (cheaper than therapy, I can assure you). So talk to me ^__^ I also got a strong sense of justice. I believe in doing good for the sake of goodwill, the idea of people as ends-in-themselves rather than as means-to-an-end. (Philosophy class killed any chance of making life any simpler lol) We all have different perspectives and opinions; I respect that. But there's a difference between respectful disagreement and outright insults. There's a clear line between both that I am unwilling to step over. I like to laugh,especially with friends.
- ╔══╗ ♥ ♫ ♥ ║██║ ♫ ♥ ♫ ║(O)║♥ rere♥ ╚══╝ ....u beLong with me..... █ ▄ █ ▄ ▄ █ ▄ █ ▄ █ Min- - - - - - - - - - - -●Max ► Play. ▌▌Pause. ■ Stop be ur self,no body perfect
Laman
Entri Populer
-
Original, not fake Sore itu langit langit cerah,,,tepat di tanggal 10,10,2010, Dulu intensitas foto hunting layaknya makanan harian yang...
-
::Just copy Paste ::: BEberapa hari lalu ada banyolan menarik di Grup GPI (Gallery Photografhy Indonesia ) sebenarnya pemahasannya cukup m...
-
Bagi penyuka landscape photography, istilah hyperfocal distance (jarak hiperfocal) mungkin tidak begitu asing. Tetapi bagi pemula dan p...
Teman si Rere
Lencana Facebook
All About my Town Slideshow: Andi’s trip to Tarakan, Borneo, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Tarakan slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.
All About my Town Slideshow: Andi’s trip to Tarakan, Borneo, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Tarakan slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.
my family
My Family Slideshow: Andi’s trip from Tarakan, Borneo, Indonesia to 5 cities Germany, Thailand, Swiss Alps, Yogyakarta and Balikpapan was created by TripAdvisor. See another Germany slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.